TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BPPTKG Pastikan Gempa Bumi di Bandung Tak Berimbas ke Aktivitas Merapi

Status Merapi tak berubah

Benteng SDN Tipar, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, KBB Ambruk karena Guncangan Gempa di Sukabumi. (Rizki/IDNTimes)

Intinya Sih...

  • Gempa tektonik di Bandung tidak mempengaruhi aktivitas Gunung Merapi
  • BPPTKG mempertahankan status Siaga Level III sejak November 2020
  • Aktivitas erupsi Gunung Merapi meningkat, awan panas guguran masih berpotensi bahaya

Yogyakarta, IDN TimesGempa bumi tektonik mengguncang wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Rabu (18/9/2024), yang menimbulkan sejumlah kerusakan.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan gempa bumi tersebut tidak mempengaruhi aktivitas vulkanik Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah.

"Goncangan gempa memang dapat mengganggu kestabilan kubah lava, tapi gempa di Jabar kemarin cukup jauh dan tidak terasa goncangannya di sekitar Merapi," kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, Jumat (20/9/2024).

BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran, yakni di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, dan Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak. Selain itu, potensi bahaya juga di Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, serta Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.

1. Awan panas masih terjadi di Merapi

Menurut Agus, awan panas guguran (APG) yang meluncur secara beruntun dari Gunung Merapi mulai Rabu hingga Kamis, 18-19 September 2024, tidak dipengaruhi oleh gempa tektonik Bandung.

Pada Rabu (18/9/2024), BPPTKG mencatat tiga kali awan panas guguran yang terjadi pada pukul 09.05 WIB, 14.52 WIB, dan 22.46 WIB dengan jarak luncuran paling jauh 1.300 meter ke arah barat daya atau Kali Bebeng.
Berikutnya pada Kamis (19/9/2024), awan panas guguran kembali keluar dari Gunung Merapi pada pukul 01.40 WIB, 06.45 WIB, dan 14.51 WIB dengan jarak luncur terjauh 1.350 meter ke arah Kali Bebeng.

2. Intensitas Merapi meningkat

Ruang monitoring Gunung Merapi. (Dok. BPPTKG)

Agus menambahkan awan panas guguran beruntun itu terjadi seiring intensitas erupsi Merapi yang meningkat selama sebulan terakhir.
Berdasarkan data pemantauan BPPTKG, kata Agus, menunjukkan suplai magma Merapi masih berlangsung sehingga dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

"Memang ada peningkatan intensitas erupsi dalam sebulan terakhir," katanya dikutip Antara.

Baca Juga: 3 Awan Panas Guguran Merapi Terjadi di Awal Pekan, Jarak Luncur 1 Km

Berita Terkini Lainnya