Moncer di Regional, Tim Chem-E-Car UGM Siap Berlaga di AS

- Tim Chem-E-Car UGM meraih juara di kompetisi regional dengan prototipe mobil bertenaga reaksi kimia yang ramah lingkungan.
- Ketua tim menjelaskan perjalanan panjang dan tantangan persiapan, termasuk kendala waktu karena sebagian anggota menjalani KKN.
- Kekompakan tim menjadi kunci keberhasilan dengan kerja keras, disiplin, dan semangat kolektif dalam menyempurnakan mobil.
Sleman, IDN Times – Prestasi membanggakan kembali diukir mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Tim Reactics Chem-E-Car berhasil meraih juara dalam kompetisi regional Chem-E-Car yang berlangsung di GOR UGM, Minggu (31/8/2025).
Tim ini memboyong sejumlah penghargaan, yakni 1st Place in Race Competition, 2nd Place in Poster Competition, dan Best Video Profile Competition. Atas capaian tersebut, mereka berhak maju ke ajang AIChE Annual Student Conferences Chem-E-Car Competition yang akan digelar di Boston, Amerika Serikat, November mendatang.
1. Inovasi mobil bertenaga reaksi kimia

Tim Reactics menampilkan prototipe mobil berbahan energi ramah lingkungan. Mobil ini digerakkan oleh gas CO₂ yang dihasilkan dari reaksi antara asam asetat dan natrium bikarbonat. “Gas CO₂ yang digunakan pun tergolong aman dan stabil karena tidak mudah terbakar seperti gas O₂,” tutur Akmal, Rabu (10/9/2025), dilansir laman resmi UGM.
Selain itu, sistem penghentian mobil juga terbilang unik. Mereka memanfaatkan sensor cahaya dengan prinsip turbiditas akibat akumulasi sulfur dari reaksi natrium tiosulfat dan asam sulfat. Pada titik keruh tertentu, sensor akan mendeteksi berkurangnya cahaya dan membuat mobil berhenti.
2. Perjalanan panjang dan tantangan persiapan
Ketua tim, Thomas Aquino Widaya Putra atau Nino, menjelaskan bahwa pencapaian ini bukan hal instan. Reactics sudah konsisten berkompetisi hingga 15 generasi dan rutin mengikuti ajang internasional di Jerman, Malaysia, maupun Amerika Serikat.
“Persiapan tidak hanya teknis, tetapi juga strategi pendanaan dan keberangkatan tim. Berkat kerja sama tim dan dukungan fakultas, universitas, serta sponsor, kami akhirnya mampu menembus kompetisi internasional,” tuturnya.
Namun, mereka tetap menghadapi kendala, terutama keterbatasan waktu karena sebagian anggota menjalani KKN. “Solusi yang kami lakukan adalah membagi waktu seefektif mungkin, menyusun jadwal kerja yang ketat, serta membagi tugas sesuai keahlian masing-masing anggota. Dengan disiplin dan komitmen, mobil berhasil diselesaikan tepat waktu,” ujar Nino.
3. Kekompakan tim jadi kunci keberhasilan

Menjelang kompetisi, tim bekerja siang malam demi menyempurnakan mobil. “Walaupun melelahkan, justru momen tersebut mempererat hubungan antar anggota tim dan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat. Suasana penuh canda, kerja keras, dan semangat kolektif menjadi pengalaman yang tak terlupakan,” kenang Nino.
Ia menambahkan, atmosfer kompetitif di komunitas Chem-E-Car memberi pengalaman berharga. “Reactics sangat kompetitif dengan semua lomba yang diikuti, banyak insight serta pengalaman yang bisa diperoleh. Selain itu, komunitas ini menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan teamwork, problem solving, dan kreativitas dalam merancang solusi,” jelasnya.
Dengan lolos ke ajang internasional, tim Reactics optimis bisa memberikan hasil terbaik. “Kami bangga bisa menjadi bagian dari Reactics Chem-E-Car UGM yang membawa nama universitas dan Indonesia ke kancah internasional,” pungkas Nino.