Ahli UMY Ingatkan Bahaya Cacingan pada Anak dan Cara Cegahnya

- Kasus balita di Sukabumi yang meninggal akibat infeksi cacing gelang jadi peringatan serius, kata ahli parasitologi UMY dr. Farindira Vesti Rahmasari.
- Penularan cacingan berasal dari lingkungan kotor, ditandai gejala seperti perut buncit, nafsu makan turun, hingga cacing keluar dari tubuh pada kasus berat.
- Pencegahan efektif dengan obat cacing rutin, menjaga kebersihan tangan, makanan, minuman, serta sanitasi lingkungan agar rantai penularan terputus.
Yogyakarta, IDN Times – Kasus meninggalnya seorang balita bernama Raya (4), warga Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi sorotan publik. Anak tersebut meninggal akibat tubuhnya dipenuhi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) setelah sebelumnya sempat dirawat di RSUD R. Syamsudin SH, Kota Sukabumi. Catatan medis menunjukkan cacing bahkan keluar dari hidung dan anusnya, tanda infeksi sudah parah hingga menjalar ke otak.
Menanggapi kasus tersebut, ahli parasitologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dr. Farindira Vesti Rahmasari, menekankan bahwa cacingan tidak boleh dianggap remeh. Ia menyebut kasus itu sebagai peringatan penting bagi orang tua untuk lebih peduli pada kesehatan anak, karena infeksi cacing bisa berkembang menjadi kondisi berbahaya jika tidak segera ditangani.
1. Penularan cacingan berawal dari lingkungan yang kotor

Menurut dr. Farindira, infeksi cacing terjadi ketika telur atau larva masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, maupun tanah yang terkontaminasi. “Kasus ini kemungkinan besar dipicu oleh kebiasaan anak bermain di tanah kotor, kurangnya kebiasaan mencuci tangan, dan lingkungan yang tidak higienis. Penularan terjadi melalui kotoran manusia yang mengandung telur cacing, kemudian masuk lewat makanan, minuman, atau tangan yang kotor. Infeksi berulang tanpa penanganan dapat menimbulkan hiperinfeksi, sehingga jumlah cacing di usus sangat banyak,” jelasnya pada Kamis (21/8/2025).
Jenis cacing yang sering menyerang anak-anak adalah cacing gelang, disusul cacing tambang dan cacing cambuk. Infeksi berat, katanya, bisa berujung pada komplikasi serius. “Infeksi berat bisa memicu komplikasi serius seperti sumbatan usus dan peritonitis. Inilah yang diduga menjadi penyebab kematian anak di Sukabumi tersebut,” ujarnya.
2. Gejala sering tak disadari orang tua

Dr. Farindira menjelaskan gejala awal cacingan sering tidak disadari orang tua. Anak biasanya menunjukkan tanda perut buncit, nafsu makan menurun, berat badan sulit naik, hingga sakit perut atau mual tanpa sebab yang jelas.
“Kadang gejala muncul pada saluran pernapasan, seperti batuk atau mengi, karena larva bermigrasi lewat paru-paru. Pada kasus berat, cacing bahkan bisa keluar melalui muntahan, kotoran, hidung, atau telinga anak,” tambahnya.
3. Pencegahan sederhana tapi sering diabaikan

Untuk mencegah cacingan, Farindira menekankan pentingnya langkah sederhana yang sering diabaikan. “Pencegahan jauh lebih penting. Obat cacing sudah menjadi program pemerintah, tetapi keberhasilannya tergantung kesadaran orang tua. Selain itu, kebersihan makanan, minuman, dan kebiasaan mencuci tangan anak juga harus dijaga,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa sanitasi lingkungan sangat berperan dalam memutus rantai penularan. “Pengobatan saja tidak cukup. Jika lingkungan tetap kotor, sumber penularan akan terus ada. Jadi, menjaga sanitasi sama pentingnya dengan memberikan obat,” katanya.
Dr. Farindira menutup dengan ajakan melibatkan keluarga, sekolah, hingga komunitas dalam menjaga kebersihan. “Cacingan masih menjadi masalah kesehatan tropis di Indonesia, tetapi sebenarnya bisa dicegah dengan langkah sederhana,” pungkasnya.