TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jarang Diketahui, Ini Tanda Hipertensi Paru dan Langkah Penanganannya

Hipertensi paru sukar dideteksi dan bisa mengancam jiwa

ilustrasi paru-paru (unsplash.com/averey)

Sleman, IDN Times - Sering kali deteksi dini terhadap penyakit hipertensi paru mengalami keterlambatan. Hal ini akan berakibat pada suatu kondisi yang lebih fatal.

Dr. dr. Lucia Kris Dinarti, Sp.PD, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan di RSUP Dr. Sardjito mengungkapkan, dibandingkan dengan hipertensi sistemik yang banyak diketahui oleh masyarakat, hipertensi paru belum banyak yang mengenal. Dia menjelaskan, hipertensi paru merupakan peningkatan tekanan di pembuluh darah paru yang keluar dari jantung kanan. Tepatnya dari bilik kanan menuju paru-paru.

"Selama ini kita kenal hipertensi sistemik, yang kita bisa mengukur dengan gampang dengan tensi meter," ungkapnya pada Selasa (4/5/2021).

Baca Juga: Kisah Pasien Hipertensi Paru, Harus Rutin Berobat Seumur Hidup

1. Tanda-tanda yang bisa diketahui

Ilustrasi Sesak Napas. freepik.com/jcomp

Dokter Lucia menerangkan, dibandingkan dengan hipertensi sistemik yang banyak diketahui, untuk mendiagnosis seseorang terkena hipertensi paru cukup rumit dan memerlukan biaya yang tinggi. Namun, ada beberapa tanda-tanda awal yang bisa diketahui biasanya seseorang mudah lelah dan lama kelamaan akan sesak napas saat beraktivitas.

Jika  hipertensi sistemik bisa diukur dengan tensi meter hanya berbiaya sekitar Rp2 ribu maka untuk hipertensi sistemik biayanya mencapai Rp10 juta. Karena harus diukur secara langsung dengan memasukkan suatu alat ke jantung kanan.

"Jadi dengan kateterisasi jantung kanan, yaitu suatu prosedur kita akan memasukkan alat kateter ke jantung kanan nanti sampai ke pembuluh paru. Nanti diukur secara langsung," katanya.

2. Deteksi awal hingga diagnosis

Ilustrasi diagnosis (pexels.com/annashvets)

Sebelum melakukan diagnosis hipertensi paru, ada sejumlah tes yang dilakukan. Pertama yakni dokter akan melakukan wawancara terhadap pasien. Apakah dia mempunyai penyakit tertentu seperti lupus, kelainan jantung bawaan, HIV dan lain sebagainya. Wawancara ini akan memunculkan kecurigaan awal.

Tahap kedua, dokter akan memeriksa suara jantung dengan stestoskop. Nanti akan diketahui apakah suara jantung abnormal atau tidak. Selanjutnya, akan dilakukan rekam jantung yang berbiaya sekitar Rp50 ribu-Rp100 ribu. Kemudian akan diperiksa dengan alat bantu lain, yakni rontgen torak.

Dari sana sudah mulai mengarah ke hipertensi paru. Selanjutnya, dilakukan USG jantung. Dari USG jantung petunjuk sudah semakin kuat, tetapi belum definit. Agar diagnosis semakin definit maka akan dilakukan kateterisasi jantung kanan.

"Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, tidak seperti hipertensi sistemik yang cukup ditensi, kalau di atas 140/90 dalam 3 kali pengukuran seperti itu, sudah diagnosis hipertensi sistemik. Kalau hipertensi paru tahapan sangat panjang, sehingga sering terlewatkan," katanya.

3. Orang dengan hipertensi paru mengalami gangguan beraktivitas berat

Ilustrasi paru-paru (pixabay/Oracast)

Dokter Lucia menjelaskan, ketika seseorang dengan hipertensi paru, maka kapasitas exercisenya akan terganggu. Biasanya dia tidak mampu untuk melakukan aktivitas berat karena ada problem di paru-paru. Namun, dari hasil penelitian yang dia lakukan bersama tim, ketika dilakukan exercise yang terukur dan terprogram, bisa meningkatkan kapasitas paru dari pasien tersebut.

"Kami sudah meneliti dengan latihan terprogram, kualitas hidupnya jadi lebih bagus," katanya.

Baca Juga: Mengenal Emboli Paru, Penyumbatan Pembuluh Darah di Paru-paru

Berita Terkini Lainnya