5 Fakta Menarik Ayam Pop, Kuliner Padang Bikin Orang Penasaran

Saat mampir ke rumah makan Padang, pasti akan menemukan menu ayam pop di etalase. Meski makanan ini kalah pamor dibanding Rendang, menu satu ini punya sejarah, rasa, dan teknik masak yang membuatnya istimewa. Yuk, kita kupas tuntas faktanya!
1. Berasal dari Bukittinggi

Makanan ayam pop lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat sekitar akhir 1940-an. Menu ini tercipta di sebuah rumah makan keluarga dengan teknik merebus ayam dalam air kelapa berbumbu bawang putih dan rempah, lalu digoreng sebentar. Hasilnya, daging empuk, gurih ringan, dan beraroma khas tanpa kulit cokelat keemasan.
Popularitasnya menyebar melalui para perantau Minang hingga ke rumah makan Padang di seluruh Indonesia. Restoran besar ikut memopulerkannya dengan cita rasa asli Bukittinggi tetap jadi standar. Bagi warga setempat, ayam pop bukan sekadar lauk, melainkan ikon kuliner yang membuktikan bahwa kesederhanaan bisa melahirkan legenda.
2. Teknik memasak anti mainstream

Berbeda dari ayam goreng pada umumnya, ayam pop menggunakan metode masak yang terbilang unik. Daging ayam direbus terlebih dahulu dalam air kelapa segar yang dibumbui bawang putih, jahe, serai, dan sedikit kunyit. Proses perebusan akan membuat ayam matang merata, sekaligus memberi aroma manis alami dari kelapa dan menjaga kelembutan daging. Setelah direbus, ayam tidak langsung digoreng seperti ayam goreng biasa, melainkan hanya dicelup sebentar ke minyak panas agar ada sedikit sentuhan gurih tanpa mengubah warna pucat khasnya.
Teknik ini membuat ayam pop punya karakter yang berbeda seperti gurih, empuk, dan tidak berminyak. Bahkan, banyak yang menganggap rasanya lebih “ramah” di lidah karena bumbunya tidak terlalu tajam.
Di rumah makan Padang, menu ini biasanya disajikan bersama sambal lado tomat pedas manis untuk menambah lapisan rasa. Perpaduan teknik masak sederhana dengan sentuhan khas Minangkabau inilah yang membuat ayam pop tetap diminati hingga sekarang.
3. Nama bukan sembarangan

Banyak yang penasaran dari mana asal kata pop pada ayam pop. Ada dua versi cerita yang sama-sama menarik. Versi pertama, nama ini terinspirasi dari suara letupan kecil “pop…pop…pop” yang muncul saat ayam yang masih lembap dimasukkan ke minyak panas. Suara ini cukup khas karena proses menggorengnya sangat singkat.
Versi kedua menyebutkan, nama pop dipengaruhi tren musik pop yang sedang populer di Indonesia pada masa hidangan ini mulai dikenal luas sekitar era 1950 hingga 1960.
Nama sederhana yang mudah diingat dan punya cerita di baliknya, membantu menu ini bertahan di hati banyak orang. Ditambah rasanya yang khas menjadikannya diwariskan hingga lintas generasi.
4. Pelengkapnya Ikonik

Salah satu alasan ayam pop terasa nikmat adalah pelengkapnya yang khas. Di rumah makan Padang, menu ini disajikan bersama sambal lado tomat dengan rasa pedas-manis yang segar. Tekstur sambalnya halus, namun punya rasa yang langsung membangkitkan selera. Selain itu, ada daun singkong rebus dan sepiring nasi putih hangat yang membuat pengalaman makan jadi komplit. Perpaduan ini menciptakan keseimbangan rasa gurih ringan dari ayam, pedas segar dari sambal, dan aroma nasi yang menenangkan.
Pelengkap ini bukan sekadar pemanis tampilan, tapi bagian dari filosofi makan ala Minangkabau yang mengutamakan harmoni rasa. Tanpa sambal lado tomat, banyak penggemar merasa ada yang kurang, sedangkan daun singkong rebus memberi tekstur kontras dan menambah unsur serat dalam hidangan.
5. Berkembang ke versi modern

Saat ini banyak yang menggunakan pressure cooker untuk mempercepat proses perebusan ayam pop, atau air fryer agar tetap gurih dengan minyak lebih sedikit.
Beberapa restoran modern juga mencoba berinovasi dengan menambahkan variasi sambal atau memadukan dengan menu pendamping lain.
Perpaduan resep tradisional dan sentuhan modern ini membuktikan kuliner Minangkabau bisa beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya.