TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Sampah Residu, Paling Sulit Didaur Ulang 

Daur ulang sampah anorganik bisa mencapai 500 tahun

ilustrasi tumpukan sampah residu di Tempat Pembuangan Akhir - TPA (pexels.com/Tom Fisk)

Sampah residu termasuk bahan yang susah didaur ulang, penguraian sampah ini dapat memakan waktu yang sangat lama. Misalnya sampah kaca, penguraiannya bisa memakan waktu jutaan tahun. Sedangkan untuk materi logam, memerlukan waktu 50-500 tahun untuk terurai. Plastik yang kerap digunakan sebagai bahan pembungkus ini memerlukan waktu 10-1000 tahun. Proses yang panjang ini bisa mencemari alam hingga mengganggu kesehatan. 

Selain itu, sampah residu dapat berbeda jenisnya di setiap tahun bergantung dari penemuan pengelolaan sampah atau perkembangan teknologi sebagai solusi. Untuk lebih detailnya, yuk simak penjelasan mengenai sampah residu berikut ini.  

 1. Pengertian sampah residu  

ilustrasi tumpukan sampah residu di Tempat Pembuangan Akhir - TPA (pexels.com/Emmet)

Sampah residu adalah sampah industri, pertanian dan pertambangan yang tidak bisa didaur ulang. Menurut The Department of Environmental Protection of Pennsylvania, Amerika Serikat, bentuk sampah ini bisa bermacam-macam baik itu padat, gas, dan cair. Meski begitu, limbah pertambangan batu bara dan limbah dari kegiatan pertanian normal tidak termasuk dalam sampah residu. 

Sampah ini tak hanya berupa sampah anorganik seperti plastik, kertas, kaca, karet atau logam. Beberapa bahan organik masuk di dalamnya karena pengelolaannya yang rumit. Beberapa contohnya batang pohon kelapa, tempurung kelapa, kulit nangka, dan kulit durian. 

 

Baca Juga: Gerakan Nol Sampah Anorganik, Pemkot Targetkan Pengurangan 50 Ton 

Baca Juga: Mulai 2023, Depo Sampah di Kota Yogyakarta hanya Terima Sampah Organik

2. Kategori sampah residu 

Sampah anorganik yang sudah terpilah (Dok. Pribadi/Intan Deviana)

Terdapat beberapa bahan organik dan organik yang termasuk dalam sampah residu. Inilah beberapa di antaranya:

  • Bahan yang bisa menyebabkan kerusakan mesin daur ulang, misalnya cling wrap atau plastic wrap yang tipis dan lentur sehingga sangat mudah terbelit dalam mesin daur ulang.
  • Bisa menjadi sumber penyakit dan mencemari bahan yang lain ketika didaur ulang, contohnya pembalut bekas, popok bekas, serta tisu bekas yang bisa jadi membawa kotoran, darah, dan air liur. Setelah dicuci pun kontaminan masih bisa tertinggal dan tetap mempunyai risiko bagi pengelolaan lingkungan dan sampah. 
  • Susah diolah menjadi bahan daur ulang seperti plastik laminasi, pembalut, dan pembungkus sachet yang terdiri dari beberapa jenis bahan. Untuk bisa mendaur ulang, benda-benda ini harus dipisahkan antara satu dengan yang lain. Sayangnya cara ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
  • Kualitas produk daur ulang yang berkualitas rendah, contoh kertas cokelat dan tisu berkas. Karena produk ini berkualitas rendah, maka harga jual turun. Itulah sebabnya, beberapa bank sampah atau pendaur ulang menolak beberapa bahan tersebut. Namun, tak sedikit yang memanfaatkan sebagai pupuk kompos.
  • Biaya yang diperlukan untuk melakukan daur ulang terbilang mahal, misalnya bahan tekstil. mendaur ulang bahan ini memerlukan teknologi yang sangat rumit, menghabiskan energi yang banyak dan memerlukan teknologi yang rumit. Inilah sebabnya, banyak mitra daur ulang yang memasukkan tekstil sebagai bahan yang sulit untuk didaur ulang.

3. Cara membuang sampah residu 

ilustrasi jenis tempat sampah residu (unsplash.com/Nareeta Martin)

Sebelum memahami cara membuang sampah residu, kita perlu memilah sampah sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Pilihlah jenis sampah yang akan disisihkan, sediakan kotak sampah sesuai jenisnya, dan salurkan di tempat yang tepat. Kita bisa melakukannya dengan melakukan beberapa hal sederhana berikut:

  • Pisahkan sampah organik dan anorganik

Sampah organik berupa sisa makanan, buah, dan tulang wajib mempunyai tempatnya sendiri. Jenis sampah ini terbilang mudah terurai dibandingkan sampah anorganik. Karena itu, sampah ini mudah menimbulkan bau tidak sedap yang dapat mengganggu kesehatan. Namun, jangan langsung membuangnya, kamu bisa memanfaatkannya sebagai kompos.

  • Memilah sampah anorganik sesuai kategori sampah 

Memilah sampah anorganik sesuai dengan kategori sampah anorganik yang sudah disebutkan sebelumnya. Taruh ke dalam kotak sampah sesuai macamnya dan tempatkan pada bank sampah atau pendaur ulang yang mau menerima mereka.

  • Salurkan sampah anorganik pada bank sampah atau pendaur ulang

Setiap bank sampah memiliki sistem penerimaan sampah daur ulang yang tidak sama. sebagai contoh, bank sampah A mau menerima botol AMDK serta kertas kardus, namun bank sampah B hanya mau menerima botol AMDK saja. Tak sedikit pendaur ulang memanfaatkannya menjadi ecobrick produk daur ulang baru dengan nilai jual yang tinggi. 

 

Baca Juga: Wayang Uwuh dari Sampah Anorganik, Terjual hingga Rp1 Juta       

Verified Writer

IamLathiva

Love To See, Love To Read, and Love To Share.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya