5 Fakta Ubur-ubur Physalia, Sering Muncul di Pantai Jogja

Momen liburan seharusnya memberikan kenangan yang menyenangkan. Sayangnya, buat beberapa wisatawan yang menghabiskan waktu di beberapa pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta justru alami hal mengerikan, yaitu tersengat ubur-ubur Physalia physalis.
Spesies juga dikenal dengan ubur-ubur api ini muncul setiap tahun di kawasan pantai selatan di Yogyakarta dan menyebabkan wisatawan luka-luka. Supaya lebih berhati-hati, yuk, cari tahu lebih dalam soal fakta ubur-ubur Physalia ini. Ternyata, dia salah satu ubur-ubur paling berbahaya, lho!
1. Physalia sebenarnya bukan ubur-ubur
Laporan kasus tersengat ubur-ubur di Yogyakarta banyak dilaporkan terjadi di Pantai Gunungkidul dan Bantul. Walau begitu, ternyata hewan yang juga berjuluk Portugese man-of-war (kapal perang Portugis) ini bukan termasuk golongan ubur-ubur, loh. Dilansir Florida Museum, hewan air tersebut justru masuk dalam golongan Siphonophores.
Secara bentuk memang mirip ubur-ubur, tapi ia merupakan hewan yang hidup secara berkoloni dan terdiri dari individu yang disebut zooid. Selain di kawasan pantai selatan Yogyakarta, ubur-ubur api juga banyak ditemukan di pesisir pulau Sumatra. Nah, tak hanya di Indonesia, mereka banyak dijumpai di Brasil dan Teluk Meksiko.
Baca Juga: Belasan Wisatawan Pantai di Gunungkidul Tersengat Ubur-Ubur
2. Berteman dengan ikan juvenil
Ubur-ubur api ini berteman dengan ikan juvenil. Keduanya memiliki hubungan simbiosis komensalisme di mana ikan-ikan tersebut selalu mendekatkan diri pada tentakel ubur-ubur api. Tujuan dari ikan kecil ini sederhana, yaitu supaya terhindar dari predator yang menyerang mereka.
Sebab jika predator-predator itu berusaha mendekat, mereka sudah lebih dahulu berhadapan dengan ubur-ubur api. Tak sampai di sana, ikan juvenil juga mendapatkan makanan dari sisa koloni ubur-ubur ini.
3. Dapat menyengat dan menimbulkan rasa terbakar
Pada tahun 2019, dilaporkan adanya 612 kasus serangan ubur-ubur api di kawasan pantai selatan Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biasanya, ledakan populasi ubur-ubur di pantai selatan Pulau Jawa akan terjadi di bulan Juni-September yang mana adalah banyak waktu liburan.
Nah, yang menyebabkan ubur-ubur api menyengat wisatawan yaitu karena mereka memiliki nematosis yang berfungsi sebagai duri penyengat. Jadi, jika manusia atau hewan lain tak sengaja menyentuh kulit berduri tersebut dan akhirnya menempel, akan menciptakan sensasi seperti terbakar, ruam, dan menyebabkan rasa gatal.
4. Hidup di permukaan laut dan sering jadi incaran predator
Ubur-ubur api hidup di permukaan air, makanya sangat mudah menyengat manusia yang sedang bermain ombak. Walau begitu, Physalia physalis memiliki berbagai tantangan dalam kehidupannya.
Selain manusia, mereka juga rawan terhadap sinar ultraviolet, penguapan cairan pada tubuhnya, suhu yang tinggi, dan gelombang ombak yang tak menentu pasang dan surutnya. Bahkan, karena hidup di permukaan air ini membuat ubur-ubur jadi rawan terhadap incaran predator.
Walau begitu, warna tubuh ubur-ubur physalia physalis cukup banyak membantu. Karena warna pada tubuhnya yang mirip balon ini transparan sehingga lebih mudah berkamuflase dengan warna air laut.
5. Tentakelnya masih bisa menyengat meskipun koloninya sudah mati
Tentakel dari ubur-ubur api masih bisa menyengat sekalipun koloninya sudah mati, loh. Banyak tentakel ubur-ubur yang terputus, tapi tetap mengembang di air atau terdampar di pantai yang kemudian melukai manusia.
Ada beberapa cara penyelamatan pertama saat terkena ubur-ubur api. Yang jelas, tentakel yang menancap harus segera dilepaskan dari tubuh. Kamu bisa menggunakan cuka yang menonaktifkan sel-sel yang menyengat.
Ada banyak hal tak terduga saat kamu bersentuhan langsung dengan alam, tak terkecuali tersengat ubur-ubur Physalia physalis. Namun ini tak menjadi hambatan 'kan buat liburan di alam, terutama di pantai-pantai indah di Daerah Istimewa Yogyakarta? Asal tetap waspada, liburan pasti akan aman dan menyenangkan!
Baca Juga: 9 Fakta Elysia chlorotica, Siput Setengah Tumbuhan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.