TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Pesan Sultan HB X Terkait Rencana Pembangunan Jalan Tol 

Pesan-pesan tersebut sudah disampaikan ke pemerintah pusat

IDN Times/Tunggul Kumoro

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menegaskan tidak ada penolakan mengenai rencana pembangunan tol yang melintasi wilayah Provinsi DIY. 

Hanya saja, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X memberikan sejumlah pesan terkait jalur yang akan dilalui jalan tol baik itu Yogya-Bawen, Yogya-Solo, maupun Solo-Cilacap. Pesan dari Sultan itu sudah disampaikan kepada pemerintah pusat melalui Tim Pelaksana Percepatan Pembangunan Program Prioritas (TP5) dan Dinas PUP-ESDM DIY, beberapa waktu lalu.

"Jadi pada prinsipnya, Pak Gubernur itu tidak menolak jalan tol, seperti diberitakan koran kan disebutkan "Pak Gubernur tidak setuju tol ke bandara (YIA)'", karena memang di dalam tata ruang itu tidak ada kok tol Yogya-bandara itu," terang Kepala Dinas PUP-ESDM DIY, Hananto Hadi Purnomo, Rabu (3/7). 

Ia mengatakan bahwa segala sesuatu terkait infrastruktur, pasti mengacu kepada rencana tata ruang. Sementara yang ada saat ini adalah tol Yogya-Cilacap via Kulon Progo, bukan Yogya-Bandara.

"Karena ketika mau menetapkan itu menjadi terlaksana, harus masuk di dalam Perencanaan Strategi Nasional(PSN) dulu. Dan tol Yogya-Cilacap itu belum masuk di dalam PSN," tegasnya.

Baca Juga: Sultan: Keberadaan Tol di Wilayah Jogja Tak Boleh Rugikan Masyarakat

1. Pesan pertama: Sultan tak ingin jalan tol lewat situs purbakala

Dok IDN Times/Istimewa

Dijelaskan Hananto, pesan Sultan yang pertama adalah jalan tol tidak menerabas situs-situs arkeologis. Pesan ini sendiri telah disampaikan sejak lama yaitu saat rencana pembangunan tol yang melintasi DIY santer dibicarakan.

Ketakutan Sultan seperti kejadian di Malang, Jawa Timur belum lama ini. Yakni, ditemukan Situs Sekaran yang berlokasi di tengah-tengah peta pembangunan Tol Pandaan-Malang. Akibatnya, pembangunan harus digeser beberapa meter untuk menghindari singgungan dengan situs peninggalan pra-Majapahit itu.

"Makanya hal itu dari awal Pak Gubernur itu menyampaikan, tolong kamu perhatikan betul-betul situs-situs arkeologis," ucap Hananto.

2. Pesan kedua: Seminimal mungkin mengorbankan lahan pertanian

IDN Times/Muhamad Iqbal

Pesan kedua, kata Hananto, adalah bagaimana tol nanti saat dibangun tidak terlalu bersinggungan dengan lahan pertanian berkelanjutan di DIY, mengingat saat ini Yogyakarta tak lagi memiliki banyak lahan pangan.

"Beliau juga berpesan itu. Seminimal mungkin trase tol itu memakan lahan di DIY. Mbuh pie carane," tegasnya.

Baca Juga: Konten Atraksi Seni Budaya di Malioboro Bakal Disaring Ketat

3. Pesan ketiga: bermanfaat bagi masyarakat

IDN Times/Prayugo Utomo

Keberadaan tol harus memberikan manfaat bagi warga DIY. Itulah bunyi pesan ketiga Sultan terkait rencana pembangunan tol di kemudian hari.

"Pak Gubernur itu selalu memikirkan masyarakat beliau. Pertama kali yang jadi perhatian beliau adalah masyarakatku entuk opo nek ada infrastruktur dibangun di situ," tutur Hananto.

Oleh karenanya, wajib dipertimbangkan mengenai lokasi atau titik-titik masuk dan keluar jalan tol.

"Infrastruktur itu berfungsi untuk memacu pertumbuhan ekonomi, di mana masyarakat itu bisa mendapat manfaat dari keberadaan tol tersebut melalui entry maupun exitnya," kata Hananto memperjelas.

4. Pesan keempat: akses masyarakat terhalang tembok

IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Hananto menyampaikan pesan Sultan yang berikutnya, bahwa jangan sampai keberadaan tol malah jadi suatu tembok atau jurang pemisah antar masyarakat. Karena, dengan dibangunnya tol kemungkinan besar akan ada rute dan  jalan yang tertutup.

"Ketika jalan tol itu dibangun, dipagari kiri-kanan, masyarakat menyeberang jadi tidak bisa. Artinya kalau itu nabrak kampung, kampung yang tadi mestinya satu kesatuan, menjadi terbelah," sebutnya.

Baca Juga: Pemerintah Cari Solusi Berdayakan Ekonomi Kota-kota Sekitar Jalan Tol

Berita Terkini Lainnya