Warga Kampung Miliarder Kini Susah, Pakar UGM: Efek Gegar Budaya
Jangan sampai terjadi di daerah lain
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Sejumlah warga di Desa Sumurgeneng, Jenu, Tuban, Jawa Timur, sebelumnya menjadi miliarder usai mendapatkan ganti rugi pembebasan tanah untuk pembangunan kilang minyak PT Pertamina. Namun, kini mereka mengaku susah makan dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Bahkan, ada yang terpaksa menjual sapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna turut angkat suara terkait fenomena tersebut. Ia mengatakan jika munculnya warga miliarder yang tiba-tiba jatuh miskin menunjukkan adanya fenomena culture shock atau gegar budaya yang tidak dapat dikelola dengan baik.
Hal ini lantaran kondisi masyarakat yang tidak siap menghadapi perubahan. Di sisi lain, tidak ada pendampingan baik dari pemerintah atau perusahaan di dalam penggunaan uang ganti rugi.
Baca Juga: Cerita Warga Kampung Miliarder Tuban yang Kini Susah Makan
1. Budaya konsumtif sebabkan masyarakat tidak berpikir panjang
Menurut Hempri, budaya konsumtif serta budaya instan yang ada di masyarakat sering kali menyebabkan masyarakat tidak berpikir untuk jangka panjang. Harusnya dari pemerintah sebelumnya lebih sigap dalam memberikan edukasi dan arahan terkait penggunaan dana kompensasi tersebut.
"Akibatnya banyak masyarakat yang kemudian menggunakan dana tersebut untuk kepentingan konsumtif, membeli mobil, rumah, dan sebagainya. Kalaupun membuka usaha sering kali kecenderungan hampir sama seperti membuka warung kelontong atau usaha dagang. Padahal, masyarakat tidak memiliki bekal untuk itu sehingga mereka mengalami kegagalan di dalam merintis usaha,” terangnya.
Baca Juga: Omicron Hantui PTM 100 Persen, Ini Kata Pakar UGM