UGM, ITB, dan UNS Kolaborasi Atasi Limbah Masker dan Sarung Tangan
Sampah masker dan sarung tangan menggunung saat pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Pandemik COVID-19 memaksa masyarakat untuk mengenakan masker maupun sarung tangan. Akibatnya, limbah masker maupun sarung tangan ini menjadi permasalahan baru yang harus dicarikan solusinya secepat mungkin.
Merujuk pada data yang dihimpun oleh BBC, secara global penduduk dunia memakai 129 miliar masker dan 65 miliar sarung tangan plastik sekali pakai setiap bulannya selama pandemik COVID-19. Hal ini membuat sampah masker dan sarung tangan menjadi gelombang baru setelah polusi plastik.
Berangkat dari persoalan itulah, Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) membuat program berupa sistem pengelolaan limbah medis masker sekali pakai dan sarung tangan plastik untuk meminimalkan dampak limbah ke lingkungan.
Baca Juga: Ada Varian Baru COVID-19, GeNose Diyakini Tetap Akurat
1. Proyek dimulai dengan pengumpulan masker bekas dan membuat aplikasi
Sistem pengelolaan sampah yang diberi nama Dumask (Dropbox-Used Mask) ini sudah dimulai pada Februari 2021 dan didanai oleh Program Penelitian Kolaborasi Indonesia (PPKI). Chandra Wahyu Purnomo, Peneliti Utama Dumask menjelaskan, proyek ini dimulai dengan pengumpulan limbah masker dan sarung tangan menggunakan boks, serta pembuatan aplikasi untuk memantau dropbox dan alat pembakarnya.
“Dumask ini kita buat dengan tujuan khusus untuk menyediakan jalur pembuangan masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum yang aman dan ramah lingkungan," ungkapnya pada Jumat (30/4/2021).
Baca Juga: Cegah Varian Baru COVID-19, UGM: Pemerintah Jangan Izinkan Masuk WNA