TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Haedar Nashir: Azyumardi Azra Sosok Inteligensia Begawan Bangsa

Haedar sebut almarhum mati syahid di Negeri Jiran

Almarhum Azyumardi Azra (IDN Times/Herka Yanis)

Yogyakarta, IDN Times - Meninggalnya Ketua Dewan Pers 2022--2025, Azyumardi Azra, menyisakan duka dan kenangan bagi banyak pihak. Salah satunya bagi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, yang menilai Azyumardi Azra adalah sosok Inteligensia Begawan Bangsa.

Dikatakan Haedar bahwa semua sungguh kehilangan atas meninggalnya Azyumardi Azra di Malaysia.

"Beliau ke Negeri Jiran dalam perjalanan berbagi ilmu sehingga terkategori sahid di jalan Allah," kata Haedar, Senin (19/9/2022).

Baca Juga: Innalillahi, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Meninggal Dunia 

1. Cendekiawan muslim dan intelektual

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Haedar menyebut Azyumardi Azra adalah sosok cendekiawan muslim dan intelektual bangsa yang maqom-nya sudah begawan atau ar-rasih fil-'imi.

"Pemikirannya senantiasa jernih dan komprehensif, yang menggambarkan kedalaman dan keluasan ilmu, khususnya ilmu keislaman yang terkoneksi dengan berbagai aspek kehidupan,” kata Haedar, Minggu (18/9/2022).

Haedar juga mengatakan bahwa almarhum memiliki pemahaman sejarahnya luas dan dapat menjelaskan banyak hal dari peristiwa masa lampau dengan kekinian, termasuk analisisnya tentang jaringan ulama internasional. Pemikirannya tentang peradaban juga melintas batas, sehingga menggambarkan inklusivisme yang luas.

2. Analisis yang cerdas tentang politik Islam

Ilustrasi Azyumardi Azra (IDN Times/Arief Rahmat)

Haedar menyebut pemikiran Azyumardi Azra, tentang politik Islam, selalu menyajikan analisis yang cerdas dan simultan, tidak dogmatik dan apologis.

“Saya mengenal beliau cukup lama, bahkan ketika menjadi salah seorang penguji disertasi di UGM, sungguh merupakan pengalaman yang berkesan mendalam baik tentang sikap maupun pemikirannya,” kata Haedar.

Almarhum sosok rendah hati, meskipun berada di puncak posisi sebagai intelektual ternama bukan hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat regional dan global.

“Meninggalnya di Malaysia sebagai narasumber di pertemuan ABIM menunjukkan keluasan radius keintelektualannya. Beberapa waktu lalu kami terakhir kali berjumpa secara daring, ketika beliau menjadi pembicara kunci dalam ISKA dan launching Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Perlis, yang waktu itu kami hadir secara luring dan beliau daring karena tidak bisa datang  ke Perlis,” jelas Haedar.

Baca Juga: Mengenang Azyumardi Azra, Cendekiawan Muslim yang Diakui Dunia

Berita Terkini Lainnya