TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bank Indonesia Optimis Tahun Depan Ekonomi di Jogja Naik 4,6 Persen  

Konsumsi RT diharapkan jadi pilar penopang ekonomi di Jogja

Ilustrasi Tugu Pal Putih Yogyakarta (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Yogyakarta, IDN Times - Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (BI DIY) memproyeksikan ekonomi DIY pada akhir 2022 akan bias ke bawah. Kondisi tersebut mengingat masih cukup kuatnya scarring effect pasca pandemi Covid-19 yang menyebabkan belum pulihnya konsumsi masyarakat DIY.

Dari sisi capaian inflasi DIY 2022, diperkirakan tumbuh melebihi sasaran target inflasi Bank Indonesia. Perkiraan inflasi di DIY 2022 yakni pada kisaran 6,25-7,25 persen (yoy). 

1. Konsumsi rumah tangga diharapkan jadi salah satu pilar penopang perekonomian DIY

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Tahun 2023, BI DIY memandang ekonomi DIY masih mampu melanjutkan pertumbuhan positif, dengan laju inflasi yang terjaga namun perlu diwaspadai risiko global dan domestik yang mungkin terjadi. 

Diperkirakan terdapat penguatan konsumsi rumah tangga secara perlahan, yang kembali pada level sebelum pandemik seiring semakin pulihnya mobilitas. Di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan nasional, konsumsi rumah tangga diharapkan menjadi salah satu pilar penopang perekonomian DIY.

Baca Juga: Pariwisata Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi di Jogja hingga 5.82 Persen

2. Tantangan ekonomi DIY 2023

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski ekonomi DIY diprediksi akan tumbuh pada 2023, namun sejumlah tantangan perlu diwaspadai. "Pertama, perlambatan ekonomi global, dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi perekonomian, serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif. Hal ini tentu perlu diwaspadai, terutama dampaknya terhadap kinerja ekspor DIY," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Harso Hutomo, Kamis (1/12/2022).

Tantangan kedua, berlanjutnya isu ketahanan pangan akibat faktor cost-push. Berlanjutnya cuaca ekstrem di berbagai negara penghasil pangan akibat krisis iklim diperkirakan berpengaruh terhadap inflasi pangan jenis impor. "Ketiga adalah menjaga daya beli masyarakat dan mendorong penguatan social finance, hal ini penting bagi kita untuk menjaga konsumsi dan sumber pembiayaan alternatif bagi masyarakat," papar Hasto. 

Baca Juga: Ekonom UGM Nilai Kenaikan UMP DIY  2023 Terlalu Tinggi  

Berita Terkini Lainnya