Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda Kamu sedang Menjalani Episode Filler dalam Hidupmu

ilustrasi seorang perempuan memejamkan mata (pexels.com/Valeriia Miller)
ilustrasi seorang perempuan memejamkan mata (pexels.com/Valeriia Miller)
Intinya sih...
  • Hari-harimu terasa sama dan berulang, tanpa perkembangan atau perubahan yang signifikan
  • Kehilangan tujuan hidup dan merasa bingung untuk mengisi kekosongan tersebut
  • Sering merasa iri dengan pencapaian orang lain dan lebih sering menghindar daripada menghadapi tanggung jawab

Istilah "episode filler" awalnya populer dari dunia anime atau serial TV. Episode ini biasanya hadir di antara alur utama cerita dan sering kali dianggap tidak terlalu penting karena tidak membawa perkembangan besar bagi tokoh utama. Tujuannya kadang hanya untuk memberi jeda sebelum masuk ke cerita utama yang lebih intens. Tapi kalau dipikir-pikir, dalam hidup kita juga bisa mengalami hal serupa, yaitu fase di mana kita merasa stuck, bingung mau ke mana, dan hari-hari berjalan begitu saja tanpa arah yang jelas.

Episode filler dalam hidup bisa jadi masa transisi, titik jenuh, atau waktu di mana kita seperti hanya menunggu sesuatu tanpa tahu apa yang sebenarnya ditunggu. Gak ada progress yang berarti, gak ada tujuan yang jelas, dan sering muncul rasa gak puas sama diri sendiri. Kalau kamu lagi ngerasain hal-hal kayak gitu, bisa jadi kamu memang lagi ada di "episode filler" dalam hidupmu. Yuk, cek tanda-tandanya berikut ini.

1. Hari-harimu terasa sama dan berulang

ilustrasi seorang perempuan duduk di tepi jendela (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi seorang perempuan duduk di tepi jendela (pexels.com/MART PRODUCTION)

Tanda pertama bahwa kamu sedang ada di episode filler adalah setiap hari terasa seperti copy-paste. Kamu bangun pagi, menjalani rutinitas, lalu malamnya tidur, dan mengulang lagi esok harinya. Meski secara teknis kamu aktif, tapi dalam hati kamu tahu gak ada yang benar-benar berubah atau berkembang. Kamu mungkin masih kerja atau kuliah, tapi semuanya terasa datar dan gak bikin semangat.

Fase ini sering bikin kamu bertanya-tanya, "Sebenarnya aku lagi ngapain sih?" atau "Hidupku mau ke mana, ya?" Jika perasaan ini bertahan terus menerus, bisa jadi kamu sedang jalan di tempat. Menyadari hal ini penting supaya kamu bisa mulai mencari arah baru, meskipun belum tahu harus mulai dari mana.

2. Kamu merasa kehilangan tujuan, tapi gak tahu mau ngapain

ilustrasi seorang laki-laki memegang kepala (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seorang laki-laki memegang kepala (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu ciri khas dari episode filler dalam hidup adalah kehilangan arah. Kamu sadar ada kekosongan dalam hidupmu, tapi kamu juga bingung gimana cara mengisinya. Ide-ide yang biasanya bikin kamu semangat mendadak hilang, dan kamu bahkan malas menyusun rencana ke depan karena semuanya terasa kabur.

Situasi ini bisa bikin frustrasi karena kamu tahu ada sesuatu yang kurang, tapi kamu gak bisa menjelaskannya dengan jelas. Kadang kamu mencoba mengalihkan perhatian lewat scrolling media sosial atau aktivitas lain, tapi itu hanya menutupi kekosongan sesaat. Di balik itu, kamu tahu butuh jawaban yang lebih dalam.

3. Kamu sering merasa iri dengan perjalanan orang lain

ilustrasi seorang perempuan duduk di sofa (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi seorang perempuan duduk di sofa (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Saat kamu berada di fase filler, kamu lebih mudah merasa iri. Lihat orang lain update pencapaian baru atau bahagia dengan jalan hidupnya, kamu langsung mikir, "Kenapa hidupku gini-gini aja?" Padahal mungkin sebelumnya kamu gak terlalu peduli dengan pencapaian orang lain, tapi sekarang setiap hal kecil terasa seperti pengingat kalau kamu tertinggal.

Rasa iri ini bukan karena kamu gak bersyukur, tapi karena kamu merasa stagnan. Kamu ingin maju, tapi belum tahu jalannya. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, cobalah jadikan rasa iri itu sebagai petunjuk: mungkin kamu perlu mulai bergerak lagi, sekecil apa pun langkahnya.

4. Kamu lebih sering menghindar daripada menghadapi

ilustrasi seorang perempuan menghadapi masalah (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi seorang perempuan menghadapi masalah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Di episode filler, orang cenderung menghindar dari tanggung jawab besar, bahkan hal-hal yang dulunya terasa menyenangkan. Kamu lebih memilih rebahan seharian daripada mengejar target. Kamu menunda-nunda urusan penting bukan karena malas, tapi karena merasa gak punya energi atau tujuan yang jelas untuk menyelesaikannya.

Menghindar jadi cara bertahan karena kamu belum punya alasan yang kuat untuk bergerak. Tapi sayangnya, makin kamu menghindar, makin kamu terjebak di tempat yang sama. Padahal, sering kali solusi justru muncul setelah kamu berani hadapi rasa gak nyaman itu sedikit demi sedikit.

5. Kamu menunggu "momen besar" datang tanpa usaha nyata

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kamu punya harapan bahwa suatu hari nanti akan ada hal besar yang mengubah hidupmu, entah itu kesempatan emas, orang spesial, atau momen yang tiba-tiba bikin semuanya masuk akal. Tapi selama itu belum terjadi, kamu merasa belum perlu bergerak. Ini adalah perangkap episode filler yang paling umum: menunggu sesuatu tanpa tahu apa.

Harapan itu penting, tapi tanpa tindakan, kamu bisa terjebak dalam penantian yang gak kunjung berakhir. Justru dengan bergerak, sekecil apa pun, kamu membuka kemungkinan untuk hal-hal besar itu datang. Hidup bukan tentang momen besar yang tiba-tiba muncul, tapi tentang bagaimana kamu mempersiapkan dirimu untuk menerimanya.

Setiap orang pasti pernah melewati episode filler dalam hidup mereka. Fase ini bukan berarti kamu gagal atau gak punya masa depan. Justru ini bisa jadi masa istirahat sebelum kamu melompat lebih jauh. Yang penting, jangan terlalu lama larut dalam kekosongan. Coba kenali tandanya, dan mulai bangun lagi motivasi dari hal-hal kecil. Hidup kamu masih punya banyak plot menarik ke depan, tinggal tunggu giliran bab baru dimulai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us