Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dirga Fath dari Atlet Tenis Jadi Mahasiswa Psikologi UGM, Inspiratif!

Dirgantara Fath Sulthan Alif bersama kedua orang tuanya. (ugm.ac.id)
Dirgantara Fath Sulthan Alif bersama kedua orang tuanya. (ugm.ac.id)
Intinya sih...
  • Dirga mulai menekuni tenis sejak usia 9 tahun dan berhasil meraih prestasi nasional, seperti juara 3 nasional Amman Mineral Junior Tennis Championship 2019.
  • Selain fokus pada olahraga, Dirga juga aktif berorganisasi di sekolah dan mengembangkan empati melalui program bersama siswa SLB.

Mimpi besar sering tumbuh dari tempat sederhana, seperti cerita inspiratif Dirgantara Fath Sulthan Alif. Pemuda asal Purwokerto ini berhasil menembus prodi Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB) berkat konsistensinya di olahraga tenis.

Sejak kecil, Dirga menekuni olahraga ini. Usahanya tak sia-sia, sederet prestasi yang ditorehkan berhasil membuka jalan menuju kampus impian. Ini adalah potret perjuangan anak muda yang berani bermimpi besar meski berasal dari keluarga sederhana.

1. Menekuni tenis sejak SD dan ukir prestasi nasional

ilustrasi menekuni tenis sejak SD (unsplash.com/Palash Jain)
ilustrasi menekuni tenis sejak SD (unsplash.com/Palash Jain)

Dirga mulai mengenal tenis sejak usia 9 tahun dan langsung jatuh cinta pada olahraga ini. Ia mengikuti turnamen pertamanya di tingkat provinsi saat duduk di bangku kelas 5 SD.

Ketekunan dan konsistensi dalam berlatih membuahkan hasil, di antaranya menyabet juara 3 nasional Amman Mineral Junior Tennis Championship 2019, juara 1 POPDA Jawa Tengah 2024, dan juara 2 Irawati Moerid Tennis Championship 2025. “Saya mulai serius menekuni tenis sejak kelas 3 SD. Saat itu saya sadar, minat ini bukan sekadar hobi, tapi potensi yang harus diasah,” ujarnya dilansir laman resmi UGM, Senin (28/7/2025)

2. Di tengah kesibukan tetap aktif berorganisasi

ilustrasi paskibra (unsplash.com/Mufid Majnun)
ilustrasi paskibra (unsplash.com/Mufid Majnun)

Tak hanya fokus olahraga, Dirga juga dikenal aktif di berbagai organisasi sekolah seperti OSIS, paskibra, tim basket, hingga menjadi brand ambassador pelajar. Ia juga bergabung dalam Forum Anak Banyumas dan menduduki posisi sebagai sekretaris.

“Saya belajar mencuri waktu, memanfaatkan jeda antar kegiatan seefektif mungkin. Bahkan saat jadi brand ambassador, saya bisa belajar mengembangkan diri tanpa meninggalkan identitas saya sebagai pelajar,” kata Dirga.

Dari aktivitas sosial ini, ia juga mengembangkan empati, terutama saat mengikuti program bersama siswa SLB. “Yang paling berkesan adalah saat kami berinteraksi dengan teman-teman dari SLB. Dari sana saya belajar bagaimana pentingnya empati dan memahami orang lain dengan kondisi yang berbeda,” kenangnya.

3. Psikologi jadi pilihan karena pengalamannya sebagai atlet

ilustrasi atlet tenis (unsplash.com/flou gaupr)
ilustrasi atlet tenis (unsplash.com/flou gaupr)

Pengalamannya sebagai atlet membuat Dirga semakin tertarik pada Ilmu Psikologi. Ia ingin memahami kondisi mental yang dapat memengaruhi performa seseorang, dan berharap bisa membantu orang lain melalui keilmuan ini.

“Saya ingin tahu kenapa seseorang bisa merasa cemas, kuat, atau bahagia. Psikologi bukan cuma soal teori, tapi bagaimana kita bisa menyentuh hati dan membantu orang lain memahami dirinya,” jelasnya.

Dirga bukan hanya menginspirasi lewat prestasinya, tapi juga latar belakang keluarga yang penuh ketulusan. Ayahnya adalah buruh jasa dan penjual bubur ayam, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Namun, keduanya selalu mendukung penuh cita-cita Dirga, bahkan pernah menjual barang berharga demi pendidikan anak-anaknya.

“Mama dan Papa mungkin tidak bisa banyak bantu secara materi, tapi mereka selalu ada. Saya tahu banyak hal yang mereka korbankan. Papa bahkan pernah jual Vespa kesayangannya demi pendidikan kami,” ujar Dirga haru.

Kini, Dirga menatap masa depan dengan semangat yang menyala. Ia berharap bisa lulus tepat waktu, melanjutkan studi, dan berkontribusi bagi masyarakat lewat ilmu dan pengalamannya. “Saya ingin membuktikan bahwa anak dari latar belakang sederhana pun bisa punya mimpi besar dan mewujudkannya,” tutupnya penuh semangat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us