Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

3 Bahaya Memaksakan Emosi Positif dalam Diri, Bisa Jadi Bumerang

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Menekan emosi negatif bisa menjadi pola toksik
  • Memendam emosi dapat meledak dalam bentuk yang tidak terduga
  • Menghindari perasaan negatif membuatmu terus memaksakan diri untuk bahagia

Dalam hidup, kita pasti akan emngalami tantangan dan kesulitan. Terkadang, kita merasa sedih, kesal, stres, marah, gelisah. Biasanya di masa-masa itu, kita mencoba sekuat tenaga untuk menggantikannya dengan perasaan positif.

Tanpa disadari, kamu sedang memaksakan diri menekan emosi negatif. Kamu kira ini bisa membuatmu lebih bahagia, tapi kenyataannya malah menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Kamu jadi tidak bisa menerima dan mengakui emosi sebagaimana apa adanya. Selain itu, tiga bahaya ini akan kamu rasakan saat terus memaksakan emosi positif dalam diri.

1.Memendam emosi yang sebenarnya

ilustrasi wanita (pexels.com/Ron Lach)

Tidak ada yang salah dengan memiliki perasaan negatif. Bila kamu kerap menahan diri dan menyamarkan perasaanmu dengan senyuman, lambat laun ini bisa menjadi pola toksik bagi diri sendiri.

Pertama, kamu jadi tidak jujur dengan dirimu. Setiap kali perasaan sedih, marah, kecewa datang, kamu sangkali alih-alih mencari tahu penyebabnya. Tentu ini tidak akan menyelesaikan masalah, melainkan menambah beban emosional baru.

Emosi yang terus dipendam-pendam suatu saat dapat meledak dalam wujud yang tidak terduga. Belajarlah untuk jujur mengakui perasaanmu sendiri. Tidak perlu memaksakan sesuatu, cukup jadi apa adanya.

2.Membangkitkan ekspetasi tidak realistis pada diri sendiri

ilustrasi wanita (pexels.com/cottonbro studio)

Semakin kamu menghindar dari perasaanmu, semakin kamu yakin bahwa emosi negatif itu tidak berguna dan hanya menyusahkan diri sendiri. Alhasil, kamu akan terus memaksakan diri sendiri untuk bahagia. Apa pun yang terjadi, kamu ingin terus baik-baik saja.

Hal tersebut jelas mustahil. Namanya hidup, pasti ada bukit dan lembahnya sendiri, ada ups dan downs-nya masing-masing.

Walau menyakitkan dan tidak enak, tidak berarti perasaan negatif selalu berdampak buruk. Justru itu adalah sinyal ada yang salah dan perlu diperbaiki, bukan disangkali.

3.Kamu jadi pribadi yang tidak autentik

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Kindel Media)

Dalam menjalin relasi, kita pasti ingin berhubungan dengan orang-orang yang jujur, terbuka, dan apa adanya. Bagaimana kamu bisa menjadi seperti itu kalau belum sepenuhnya jujur dengan diri sendiri?

Saat kamu masih memaksakan kebahagiaan, impresi yang kamu beri pada orang lain pun tidak sehat. Secara tidak langsung, kamu membangun tembok yang membatasi mereka untuk mengenal dirimu lebih dalam.

Relasi yang terbentuk pun akhirnya penuh dengan kepura-puraan. Kamu tidak berani berterus terang tentang vulnerability-mu pada pasangan, yang malah membuat hubungan jadi terasa canggung.

Tiga hal di atas menjadi alasan mengapa kamu tidak perlu memaksakan emosi positif dalam diri. Tidak apa-apa, kok, merasa sedih dan kecewa. Perasaanmu tidak mendefinisikan siapa dirimu sebenarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us