TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Upacara Cupu Kyai Panjala, Pembacaan Ramalan Turun Temurun

Upacara yang sudah berlangsung sejak bertahun-tahun

upacara cupu panjala (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Yogyakarta dikenal sebagai salah satu kota yang masih mempertahankan adat istiadat yang kental. Seperti yang baru saja dilakukan, yaitu upacara adat Cupu Kyai Panjala pada Senin (10/10/2022) di kediaman Dwijo Sumarto yang tepatnya beralamat di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang Gunungkidul. Upacara adat ini telah dilakukan selama ratusan tahun dan dilakukan secara turun temurun.

Diketahui upacara Cupu Kyai Panjala adalah simbol alat peramal atas kejadian bangsa Indonesia dalam satu tahun ke depan, tak heran kalau sampai menyedot animo masyarakat yang besar. Berikut fakta upacara adat Cupu Kyai Panjala yang seru untuk dipelajari!

1. Silsilah Kyai Panjala

Upacara cupu kyai panjala (YouTube/tasteofjogja dishub diy)

Kyai Panjala atau yang memiliki nama asli Eyang Seyek adalah orang yang menemukan dan memiliki Cupu Kyai Panjala. Menurut cerita yang berkembang, Eyang Seyek tidak memiliki keturunan tapi memiliki 10 saudara kandung, lelaki dan wanita.

Dwijo Sumarto sendiri yang kediamannya digunakan untuk upacara adat Cupu Kyai Panjala adalah saudara kandung dari Eyang Seyek, yang membuatnya menjadi bagian dari ahli waris Cupu Kyai Panjala. Dwijo Sumarto tak lain adalah keturunan generasi ke-6 dari Kyai Panjala. Karenanya pembukaan Cupu Kyai Panjala dilakukan di keturunan dari Kyai Panjala.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tradisi Tirakatan, Rutin Digelar Jelang 17 Agustus

2. Proses pembacaan gambaran Cupu Panjala

Upacara cupu kyai panjala (YouTube/tasteofjogja dishub diy)

Upacara Cupu Kyai Panjala awalnya hanya digunakan untuk meramalkan keadaan pertanian. Namun seiring berjalannya waktu, ramalan yang ada pada upacara tersebut mulai dikaitkan pada kondisi bangsa, termasuk soal politik, yang diperkirakan terjadi satu tahun ke depan.

Disebut dengan upacara pembukaan Cupu Panjala karena adanya tiga buah cupu atau guci yang dibungkus dengan kain kambar yang jumlahnya berlembar-lembar, yang datangnya dari para peziarah yang memiliki harapan atau tujuan tertentu, dengan waktu pembukaannya hanya setiap satu tahun sekali. Upacara ini juga menggunakan sarana berupa sesajen yang melambangkan persembahan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Trah Panjala lah yang akan membuka satu demi satu kainnya, diperhatikan kondisi kain, tanda-tanda dari bercak, atau ada dan tidaknya benda asing yang ada dalam lembaran kain. Kemunculan bercak dan benda misterius tersebut yang dipercaya sebagai ramalan atau tanda yang ingin Sang Maha Pencipta sampaikan. Nantinya, tanda-tanda tadi harus dibacakan dan disampaikan oleh juru kunci kepada masyarakat luas.

3. Nama-nama cupu dan maknanya

Upacara cupu kyai panjala (YouTube/tasteofjogja dishub diy)

Cupu atau guci Kyai Panjala yang sebelumnya dibungkus dengan kain kafan dibuka satu per satu. Nantinya setiap lapisan kain kafan yang muncul bercak membentuk sebuah pola atau gambar yang diyakini merupakan ramalan dari peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Masing-masing cupu yang digunakan memiliki nama dan makna ramalan yang berbeda. Yaitu Semar Tinandu, Palang Kinantang, dan Kenthiwiri yang masing-masing memiliki arti. Semar Tinandu yaitu penglihatan keadaan penguasa dan pejabat tinggi. Palang Kinantang yaitu gambaran masyarakat menengah ke bawah. Dan Kenthiwiri yang merupakan gambaran rakyat kecil.

Bukan hanya warga Gunungkidul saja yang datang untuk menyaksikan prosesi upacara tersebut, tapi juga dari luar kota yang rela menunggu selama berjam-jam. Mereka menganggap bahwa upacara tersebut juga untuk keberkahan.

4. Fungsi dan tujuan upacara Cupu Kyai Panjala

Upacara cupu kyai panjala (YouTube/tasteofjogja dishub diy)

Upacara adat pembukaan Cupu Panjala tidak terkait akan satu agama atau kepercayaan saja. Hal ini karena bertujuan sebagai penambah keharmonisan antar manusia dan menjaga adat istiadat yang telah tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun lalu.

Ramalan dari Cupu Panjala diharapkan bisa memberikan persepsi lain kepada masyarakat supaya lebih waspada dan hati-hati kepada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Selain itu, nilai gotong royong dari upacara ini juga diharapkan menjadi pilar dan contoh bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Baca Juga: Saparan Bekakak, Tradisi Sembelih Boneka Pengantin di Sleman

Berita Terkini Lainnya