Fakta Tari Montro, Tarian Asal Bantul Jadi Alat Dakwah 

10 ribu penari Montro memecahkan rekor MURI 

Sebanyak 10 ribu penari di Bantul baru saja memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), membawakan Tari Montro di Pantai Parangkusumo pada Minggu (26/8/2023). 

Tari Montro adalah tari tradisional asal Kabupaten Bantul yang masuk dalam Warisan Budaya Tak benda Indonesia dalam domain seni pertunjukan sejak 2017 lalu. Kamu sudah tahu asal-usul Tari Montro? Berikut fakta menarik yang wajib kamu ketahui. 

1. Asal-usul Tari Montro

Fakta Tari Montro, Tarian Asal Bantul Jadi Alat Dakwah Tari Montro asal Pleret, Bantul, memeriahkan Opening Ceremony Jogja Heboh 2020 - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Mengutip dari laman jogjaprov.go.id, kesenian montro berasal dari Kauman, Pleret Bantul. Diciptakan oleh menantu Sultan Hamengku Buwono VIII, yakni Kanjeng Yudhanegara.

Awalnya, tarian ini hanya dipentaskan di dalam Keraton Jogja, lalu berkembang dan menjadi sarana dakwah yang biasanya ditampilkan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau hari-hari besar Islam lainnya.

Menurut laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kata montro dalam bahasa Jawa artinya nama bunga mentimun, tapi juga berasal dari sebuah nama gending Jawa. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Tari Montro adalah tarian yang diiringi dengan gending montro.

2. Gerak Tari Montro

Fakta Tari Montro, Tarian Asal Bantul Jadi Alat Dakwah Tari Montro merupakan tarian khas Kabupaten Bantul. (Dok. Istimewa)

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, tari montro digunakan sebagai media penyebaran agama Islam. Dalam tari dan suara dari gending tersebut terdapat sholawat nabi juga juga syair-syair.

Mengutip jurnal karya Radino yang berjudul 'Shalawat Montro: Dari Religi, Seni, Edukasi, hingga Siyasi' 2005 (hal; 198), syair-syair berbahasa Jawa tersebut selain gubahan dari bacaan shalawat, ada juga yang murni syair yang diciptakan dan menjadi bagian dari kesenian tersebut.

Berbeda dengan shalawat maulid, sholawat montro memiliki gerakan, sementara sholawat maulid melantunkan sholawat dengan duduk bersila.

Mengutip laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pada saat pementasan semua orang duduk bersila dan hening. Sedangkan para penarinya duduk, jika ada yang bergerak hanya sebagian badan dan leher saja yang bergerak lembut. Sesekali tangan bergerak lembut di seputar tubuh.

Baca Juga: 10 Ribu Penari Bakal Pecahkan Rekor MURI di Pantai Parangkusumo 

3. Pemain Tari Montro

Fakta Tari Montro, Tarian Asal Bantul Jadi Alat Dakwah Pelajar putri di Bantul pecahkan record MURI Tari Montro.(IDN Times/Daruwaskita)

Dari jurnal karya Radino, disebutkan kesenian tersebut dimainkan oleh beberapa orang yang terbagi atas wiraswara, wiyaga, dan wiraga.

Wiraswara yakni orang yang melantunkan bacaan sholawat atau kisah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Ia disebut sebagai daIang. Sementara Nayaga adalah orang yang memainkan musik untuk mengiringi lantunan bacaan sholawat Nabi. Sedangkan wiraga adalah penari yang mengikuti alunan sholawat maupun alat musik atau gending yang ditabuh oleh wiyaga.

Tak main-main, seorang harus memiliki kemampuan membaca huruf arab pegon, suara yang bagus dan ilmu agama yang mendalam. Biasanya seorang dalang dalam seni sholawat montro adalah seorang tokoh agama atau yang dituakan oleh masyarakat.

4. Waktu pementasan Tari Montro

Fakta Tari Montro, Tarian Asal Bantul Jadi Alat Dakwah Pelajar putri di Bantul pecahkan record MURI Tari Montro.(IDN Times/Daruwaskita)

Saat ini pementasan Tari Montro, tak hanya saat Maulid Nabi Muhammad SAW saja, tapi juga dalam kegiatan budaya seperti rebo pungkasan sampai sekaten. Tak cuma itu, banyak masyarakat yang secara khusus mengundang pemain montro saat hajatan.

Tertuang dalam jurnal yang sama, masyarakat yang mendatangkan penari montro, karena memiliki kepentingan permohonan atau panjatan doa. Mulai dari yang keinginan dikaruniai anak, turun hujan, dan sebagainya.

Salah satu kelompok Tari Montro yang masih eksis berpentas baik di kancah lokal maupun nasional adalah "Suko Lestari" yang berasal di dusun Kauman, Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul. Kelompok ini memiliki dua generasi, yakni generasi tua yang berisi orang-orang usia tua dan remaja, serta generasi muda yang terdiri atas anak-anak.

Tari Montro menjadi bukti kalau budaya dan agama bisa berjalan bersama dalam menyebarkan kebaikan. Terlebih tarian ini tidak hanya berisi nilai-nilai budaya dan agama, tapi juga edukasi lewat sholawat dan cerita nabi.

Baca Juga: 5 Fakta Ubur-ubur Physalia, Kerap Sengat Pengunjung Pantai Jogja

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya