TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal Menarik dari Upacara Adat Nguras Enceh, Bawa Pulang Airnya Yuk!

Air gentongnya dipercaya bisa mengusir kesialan dan penyakit

upacara adat Nguras Enceh (commons.wikimedia.org/Arfani M)

Upacara adat Nguras Enceh merupakan tradisi yang secara rutin dilaksanakan oleh para Abdi Dalem Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta di makam para Raja Jawa di Imogiri. Tradisi ini dilestarikan karena kepercayaan terhadap air pada gentong yang mampu menghilangkan berbagai jenis penyakit.

Terlebih karena diselenggarakan oleh pihak Keraton, membuat upacara ini pun semakin sakral. Nguras Enceh merupakan salah satu upacara adat terbuka yang bisa kamu ikuti. Sebelum bertolak ke lokasi, simak lebih dulu yuk, fakta menarik tentang ritual satu ini.

1. Enceh jadi salah satu cenderamata milik Sultan Agung

kompleks Makam Imogiri (bpcbdiy.kemdikbud.go.id)

Bagi kamu yang belum tahu, enceh adalah gentong yang digunakan untuk menyimpan air. Menurut situs Kemendikbud, ritual Nguras Enceh bermula ketika Sultan Agung bertamu di kediaman sahabat-sahabatnya di kerajaan lain dan diberi kenang-kenangan berupa enceh.

Enceh tersebut sempat befungsi sebagai penampung air wudu Sultan Agung. Keberadaan enceh tersebut pun terus dilestarikan karena dianggap sebagai benda sakral yang harus dijaga.

Baca Juga: Upcara Adat Sekaten: Sejarah, Makna, Persiapan, dan Pantangan

2. Keberadaan Enceh di komplek makam Raja Jawa

prosesi upacara adat Nguras Enceh (bantulpedia.bantulkab.go.id)

Ada empat enceh yang disimpan di kompleks makam raja-raja di Imogiri. Di mana dua milik Keraton Yogyakarta dan dua lainnya milik Kasunanan Surakarta.

Enceh Keraton Yogyakarta yang berada di sisi kanan makam raja

  1. Enceh Nyai Danumurti, diberikan oleh Kerajaan Palembang;
  2. Enceh Kyai Danumaya, diberikan oleh Kerajaan Aceh.

Enceh Kasunanan Surakarta yang berada di sisi kiri kanan makam raja

  1. Enceh Nyai Siyem, diberikan oleh Kerajaan Siam;
  2. Kyai Mendung, diberikan oleh Kerajaan Turki.

3. Digelar pada bulan Suro

upacara adat Nguras Enceh (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Keseluruhan prosesi Nguras Enceh dilakukan oleh pihak Keraton Yogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta. Tepatnya para Abdi Dalem dari dua keraton yang melakukan prosesi pembersihan gentong besar yang berada di alam kompleks makam para Raja Jawa di Imogiri ini.

Nguras Enceh sendiri dilakukan setiap hari Jumat Kliwon di bulan Suro menurut penanggalan Jawa. Meski dibuka untuk umum, namun pengunjung harus tetap tertib dan khidmat selama mengikuti rangkaian ritualnya.

4. Urutan prosesi Nguras Enceh

peragaan Nguras Enceh pada acara Workshop dan Festival Kesenian Daerah Tahun 2013 yang diselenggarakan oleh BPNB D.I. Yogyakarta (dok. Kemendikbud/Subiyantoro)

Pihak Keraton terlebih dahulu mengadakan Upacara Ngarak Siwur sebelum menginjak upacara inti Nguras Enceh. Upacara Ngarak Siwur merupakan pengambilan air dari gentong menggunakan gayung batok kelapa oleh Abdi Dalem Keraton, lalu dibagikan ke para warga yang menonton.

Kemudian pada Kamis malam atau malam Jumat Kliwon, barulah Upacara Nguras Enceh dimulai. Ritual diawali dengan melakukan tahlilan bersama di pelataran makam Sultan Agung Hanyokrokusumo. Lalu, dilakukan pembersihan dan pengurangan isi air dari empat gentong dengan dicampuri air zamzam yang dipimpin oleh Sesepuh Juru Kunci Puralaya Imogiri.

Setelah itu, satu per satu Abdi Dalem berjajar di samping enceh dan mengambil air yang sudah disediakan pada malam sebelumnya. Para Abdi Dalem mengisi enceh kembali dengan air baru secara gotong-royong berantai.

Baca Juga: 5 Tempat Dinner Romantis di Jogja Bersama Pasangan

Berita Terkini Lainnya