Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Terbesar Kesultanan Mataram

Berhasil menaklukan Surabaya dan Madura

Siapa tidak tahu Sultan Agung, penguasa Mataram Islam atau Kesultanan Mataram yang berhasil membawa kerajaan pada puncak kejayaan? Jika dilihat, bahkan raja-raja penerusnya juga tidak ada yang bisa menyaingi keberhasilannya.

Raja ketiga Kesultanan Mataram ini memerintah sejak 1613 hingga 1645. Ia dikenal akan kecerdasannya dalam menjalankan pemerintahan. Yuk, kenalan lebih jauh dengan Pahlawan Nasional Indonesia yang turut melawan VOC ini.

1. Merupakan putra dari raja kedua Kesultanan Mataram

Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Terbesar Kesultanan Mataramperangko Indonesia edisi Sultan Agung pada 2006 (civitasbook.com)

Jika menilik dari Purwadi dalam bukunya Sejarah Raja-Raja Jawa (2011), Sultan Agung memiliki nama kecil yaitu Raden Mas Jatmiko yang berarti sopan dan rendah hati. Ia lahir di Mataram yang sekarang menjadi Kota Gede Yogyakarta, pada 14 November 1593 dan merupakan putra dari Prabu Hanyakrawati atau Raden Mas Jolang, raja kedua Kesultanan Mataram dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati, putri dari Pangeran Benawa Raja Pajang.

Ketika dewasa, Sultan Agung memiliki dua istri yang dijuluki Ratu Kulon atau putri dari Sultan Cirebon yang menjadi ibu dari Raden Mas Syahwawrat atau Pangeran Alit. Sedangkan istri keduanya yaitu Ratu Wetan, putri dari Ki Juru Martani yang menjadi ibu dari Raden Mas Sayidin atau Amangkurat 1.

2. Memiliki banyak gelar

Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Terbesar Kesultanan MataramSultan Agung Hanyokrokusumo (id.wikipedia.org)

Sultan Agung memiliki nama lain yaitu Raden Mas Rangsang. Ketika awal memerintah, ia memiliki gelar Panembahan Hanyakrakusuma atau Prabu Pandita Hanyakrakusuma. Lanjut setelah berhasil menaklukan Madura pada 1624, gelarnya berganti menjadi Susuhan Akbar Hanyakrakusuma atau jika disingkat menjadi Sunan Akbar Hanyakrakusuma.

Ketika tahun 1640-an, Sultan Agung menggunakan gelar Sultan Akbar Senopati-ing-Ngalaga Abdurrahman. Melansir arkeologijawa.kemdikbud.go.id, pada tahun 1641, ia kembali mendapat gelar berbau Arab yaitu Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram dari pimpinan Ka'bah di Makkah.

Baca Juga: Mengenal Raja-Raja Mataram Kuno dan Sejarahnya

3. Menjadi raja pertama dari Jawa yang nggagas perlawanan Belanda

Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Terbesar Kesultanan Mataramilustrasi serangan besar Batavia oleh Sultan Agung pada 1628 (civitasbook.com)

Melansir kebudayaan.jogjakota.go.id, Sultan Agung mulai menduduki tahta di tahun 1613 pada usia ke-20 tahun. Ia adalah penguasa lokal Indonesia yang mengorganisir perlawanan terhadap Belanda dengan teratur juga besar-besaran.

Tahun 1614, VOC yang bermarkas di Ambon mengajak Sultan Agung untuk bekerja sama, namun ditolak mentah-mentah. Walaupun pada 1618, Kesultanan Mataram dilanda gagal panen akibat perang besar dengan Surabaya, kesulitan tersebut tetap tidak menggoyahkan Sultan Agung untuk bekerja sama dengan VOC.

Ditangannya, Kerajaan Mataram mengalami kemajuan pesat terutama dalam tiga bidang yaitu:

  • Sosial budaya dengan Kesultanan Mataram mendorong seniman-seniman untuk meningkatkan kerajinan seni patung, seni ukir, seni tari, seni bangunan, dan seni lukis. Dibuktikan dengan ukiran gapura, istana dan tempat ibadah. Selain itu juga ada Tari Bedoyo Ketawang, dan perayaan Sekaten yang memadukan budaya Hindu-Jawa dan Islam.
  • Politik dengan menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada masanya. Wwilayah kekuasaannya meliputi Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Pasuruhan, sampai Madura.
  • Ekonomi dengan mampu meningkatkan produksi beras dan memanfaatkan sungai yang ada di wilayah kerajaan untuk irigasi. Selain pertanian, Kesultanan Mataram juga berkembang pesat di perdagangan juga pelayaran.

4. Wafatnya Sang Sultan

Biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Terbesar Kesultanan MataramAstana Imogiri peninggalan Sultan Agung (kebudayaan.jogjakota.go.id)

Memasuki tahun 1645, Sultan Agung mulai berfirasat akan ajalnya yang sudah tidak lagi lama. Ia pun mendirikan pusat pemakaman yang dikenal dengan Astana Imogiri untuk keluarga raja-raja Kasultanan Mataram yang diawali dari dirinya sendiri. Selain itu, Sultan Agung juga menulis serat Sastra Gending untuk pedoman hidup trah Kesultanan Mataram.

Dalam wasiatnya, Sultan Agung yang kemudian wafat pada 1645 digantikan oleh putranya dari Ratu Wetan yaitu Raden Mas Sayidin. Ia naik tahta dengan gelar Sultan Amangkurat Senapati ing Alaga Ngabdur Rahman Sayidin Panatagama atau Amangkurat I. Sayangnya, kerajaan di bawah pemerintahan Amangkurat I tidak berjalan mulus.

Itulah sekilas mengenai biografi Sultan Agung Hanyokrokusumo, sang penguasa Mataram Islam yang tegas dan tangguh. Perjuangan dan tekadnya dalam menjaga Tanah Air dari penjajahan patut menjadi inspirasi kawula muda, nih.

Baca Juga: Sejarah Kesultanan Banten dan Syiar Islam di Tanah Jawara

Topik:

  • Langgeng Irma Salugiasih

Berita Terkini Lainnya