Tradisi Nyadran, Akulturasi Jawa dan Islam Sambut Ramadan
Bagian penting dari budaya dan tradisi Jawa yang penuh makna
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Ada banyak tradisi jelang sambut Ramadan, terutama di Yogyakarta yang terkenal sebagai kota budaya. Salah satunya adalah nyadran. Nyadran adalah tradisi menengok dan membersihkan makam keluarga, lalu dilanjutkan dengan berdoa bersama sambil membagikan makanan tradisional kepada sekitar.
Tradisi ini sudah berjalan sejak ratusan tahun lalu dan sampai sekarang masih dilakukan. Tak hanya sebatas demi menjaga budaya, tapi juga menjadi momen mengingat kembali dan menghormati keluarga yang lebih dahulu meninggal dunia.
Berikut ini hal menarik dari tradisi nyadran yang perlu kamu tahu. Bagian penting dari budaya dan tradisi Jawa yang penuh makna.
Baca Juga: 5 Tempat Favorit di Jogja untuk Tradisi Padusan Jelang Ramadan
1. Merupakan akulturasi budaya Jawa dan Islam di bulan Ruwah
Dilansir laman menpan.go.id, tradisi nyadran adalah bagian dari serangkaian acara di bulan Ruwah, yaitu sebutan orang Jawa bagi bulan persiapan memasuki Ramadan. Tradisi nyadran ini tak hanya sekadar kegiatan rutin tahunan, tapi sudah menjadi hal penting bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
Merupakan akulturasi budaya Jawa dan agama Islam, orang yang melakukan tradisi nyadran menjadikan momen ini sebagai ungkapan menghormati leluhur dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Umumnya, tradisi nyadran dilakukan satu bulan sebelum puasa atau pada waktu 15, 20, dan 23 pada bulan Ruwah.
Baca Juga: 5 Wisata Waduk di Jogja Ini Cocok Buat Piknik, Tempatnya Asyik!