TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Uniknya Prosesi Labuhan Patuh Jumenengan Dalem di Parangkusumo

Warga dan wisatawan berebut umba rampe yang dilabuh di laut

Keraton Yogya Gelar Labuhan Jumenangan Dalem di Pantai Parangkusumo. (IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - ‎Bertepatan dengan tanggal 30 Rejeb 1955 Alip atau 4 Maret 2022, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Labuhan Patuh untuk memperingati Tingalan Jumenengan Dalem (peringatan naik takhta) Sri Sultan Hamengku Buwono X Ke-34. Kegiatan ini digelar di Pantai Parangkusumo, Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.

Baca Juga: Yasa Peksi Burak, Tradisi Perayaan Isra Mikraj di Yogyakarta  

1. Perwakilan Keraton membawa sejumlah uba rampe yang akan dilabuh ‎

Uba rampe dari Keraton Yogyakarta yang akan dilabuh.(IDN Times/Daruwaskita)

Labuhan Patuh ini turut dihadiri putri bungsu Sri Sultan HB X, GKR Bendara bersama dengan suaminya KPH Yudanegara, KRT Wijoyo Pamungkas sebagai Wakil Penghageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta, serta Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih; Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto; dan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kapanewon Kretek.

Upacara diawali dengan kedatangan rombongan dari Keraton Yogyakarta yang membawa uba rampe yang akan dilabuh di Pantai Parangkusumo menuju Balai Kapanewon Kretek.

2. Perwakilan Keraton Yogyakarta membacakan uba rampe yang kemudian diserahkan kepada Juru Kunci Cepuri

Uba rampe dari Keraton Yogyakarta yang akan dilabuh.(IDN Times/Daruwaskita)

Perwakilan dari Keraton Yogyakarta, KRT Wijaya Pamungkas, selanjutnya membacakan barang-barang (uba rampe) yang nantinya akan diserahkan oleh Bupati Bantul kepada juru kunci Cepuri, Wedana Suraksa Jaladri.

Selain itu, Raja Keraton Yogyakarta juga memberikan kue apem dengan ukuran cukup besar kepada Bupati Bantul mewakil masyarakat Bantul. Kue apem ini sebagai ungkapan permohonan ampunan kepada Tuhan YME atas kesalahan yang dibuat oleh seluruh masyarakat Yogyakarta.

Baca Juga: 10 Potret Wajah Malioboro Setelah Relokasi PKL, Sepi tapi Rapi

3. Sebelum dilabuh, uba rampe didoakan di Cepuri dan Pantai Parangkusumo‎

Uba rampe didoakan juru kunci Cepuri sebelum dilabuh ke laut.(IDN Times/Daruwaskita)

Setelah upacara serah terima uba rampe di Balai Kapanewon Kretek, selanjutnya uba rampe dibawa menuju Cepuri, Pantai Parangkusumo yang kemudian dilakukan didoakan oleh Juru Kunci Cepuri. Setelah Juru Kunci Cepuri selesai mendoakan uba rampe, selanjutnya abdi dalem keraton Yogyakarta membawa uba rampe menuju Pantai Parangkusumo untuk dilabuh. 

Namun sebelum proses akhir yakni uba rampe dilabuh, kembali Juru Kunci Cepuri bersama tokoh agama mendoakan uba rampe untuk terakhir kalinya. Akhirnya, uba rampe dilabuh dibantu Tim SAR Pantai Parangtritis.

4. Keraton Yogyakarta gelar Labuhan Patuh di tiga lokasi‎

Wakil Penghageng Tepas Dwarapura, Keraton Yogyakarta KRT. Wijaya Pamungkas.(IDN Times/Daruwaskita)

Wakil Penghageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta, KRT Wijaya Pamungkas, mengatakan uba rampe yang dilabuh sebanyak 30 macam barang mulai dari pakaian hingga potongan rambut dari Sri Sultan HB X.

"Labuhan hari ini ada tiga lokasi yakni di Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Namun untuk hari ini labuhan dilaksanakan di Pantai Parangkusumo sedangkan Labuhan di Gunung Merapi dan Gunung Lawu baru akan dilaksanakan pada hari Sabtu (5/3/2022) besuk," katanya, Jumat (4/3/2022).

Menurutnya, setiap tahun Keraton Yogyakarta menggelar labuhan yakni labuhan kecil atau patuh dan labuhan besar. Labuhan besar ditambah satu lokasi yakni di Dlepih, Wonogiri, sementara untuk labuhan patuh atau kecil hanya dilaksanakan di Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi dan Gunung Lawu.

"Labuhan besar dilaksanakan sama yakni setiap tanggal 30 Rejeb pada tahun Dal dan Wawu," ucapnya.

5. Uba rampe yang dilabuh simbol untuk membuang keburukan‎

Uba rampe dari Keraton Yogyakarta yang akan dilabuh.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan sesuai dengan tradisi, setiap kali jumenengan dalem Sri Sultan HB X selalu ada tradisi labuhan. Uba rampe atau barang-barang yang dilabuh adalah barang-barang apa saja yang pernah dipakai oleh Sri Sultah HB X sebagai simbol untuk membuang keburukan.

Dalam waktu yang bersamaan juga ada sedekah apem yang merupakan lambang permohonan maaf dari segala kesalahan yang pernah dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta dan dimintakan maaf kepada Tuhan YME.

"Jadi apem mustoko, itu simbol permohonan maaf kepada Tuhan YME dan permohonan maaf dilakukan bersama-sama maka simbol apemnya juga besar (apem mustoko)," ucapnya.

"Labuhan ini juga membangkitkan kita agar membangun Ngayogjakarta Hadiningrat yang lebih baik ke depannya. Juga merupakan tradisi untuk mendoakan Ngarso Dalem agar berumur panjang, sehat selalu dan terus berjuang untuk kesejahteraan masyarakat DIY," tambahnya lagi.

Baca Juga: Berburu Jajan Pasar dan Perkakas Jadul di Pasar Kangen Jogja

Berita Terkini Lainnya