Kualitas Udara Jogja Diklaim Masih Baik Selama TPA Piyungan Tutup

Klaim masih aman keluar rumah dan tak perlu pakai masker

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Kota Yogyakarta meminta warganya menyetop aktivitas membakar sampah. Sebab, hal ini akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, salah satunya pemburukan kualitas udara.

Pj. Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, tak menyangkal permasalahan sampah di wilayahnya belum usai setelah penutupan dan pembatasan operasional Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Piyungan.

Dia menyebut masih saja ada warga yang membuang sampah ke tepi jalan. Padahal, sejak sekitar dua pekan lalu 14 depo di berbagai kemantren atau kecamatan sudah dibuka untuk waktu tertentu, selain itu juga ada penggerobak yang bertugas mengambil sampah di pemukiman.

"Ini dilema bagi kami karena begitu kami gencarkan seperti itu terus tapi kesadaran masyarakat tidak muncul, kedisiplinan untuk membuang sampah pada tempatnya. Maka ini juga akan menimbulkan yang tidak baik," kata Singgih di Balai Kota Yogyakarta, Senin (14/8/2023) kemarin.

1. Klaim kualitas udara masih baik hingga sedang

Kualitas Udara Jogja Diklaim Masih Baik Selama TPA Piyungan TutupPenjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Pemkot sendiri, klaim Singgih, rutin menyisir lokasi-lokasi di tepi jalan yang biasa dijadikan tempat pembuangan sampah oleh oknum warga. Lebih penting baginya saat ini adalah masyarakat berhenti membuang sampah sembarangan, apalagi sampai membakarnya.

"Pembakaran sampah ini secara regulasi memang tidak diperbolehkan dan ini juga akan mengganggu lingkungan. Ini bisa lingkungan sekitar maupun dalam skala luas akan mempengaruhi kualitas udara kita kalau kemudian dilakukan secara masif," imbuhnya.

Singgih mengklaim sejauh ini kualitas udara di wilayahnya masih dalam kategori baik hingga sedang berdasarkan hasil monitoring perangkat Air Quality Monitoring System (AQMS) milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Alat ini terpasang di kantor DLH di Gondokusuman dan memiliki kemampuan membaca kualitas udara hingga radius 5 kilometer.

Singgih merinci, untuk Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) memakai parameter PM 10 atau partikel udara berukuran 10 mikrometer atau lebih kecil, Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon (O3), dan Hidrokarbon (HC) masih dalam kategori baik dengan rentang nilai di bawah 50.

Sedangkan rata-rata ISPU menggunakan paramater PM 2.5 atau partikel udara berukuran 2.5 mikrometer menunjukkan kategori sedang dengan rentang 50-100. Singgih mengklaim peningkatan biasa terjadi selama musim kemarau.

"Hasil pemantauan kualitas dengan AQMS, kualitas udara di Kota Yogyakarta sampai dengan saat ini masih berada pada kategori baik hingga sedang. Jadi kalau ada kemarin ada broadcast, ada informasi yang kemudian menakut-nakuti warga supaya tidak keluar rumah, menggunakan masker karena berbahaya itu adalah tidak berdasar," tegasnya.

2. Belasan ribu biopori kurangi 50 ton sampah

Kualitas Udara Jogja Diklaim Masih Baik Selama TPA Piyungan TutupTututp Biopori (Dok.IDN Times/KBB)

Diketahui, TPA Piyungan yang selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul (Kartamantul) ditutup sementara sejak 23 Juli hingga 5 September 2023.

Keputusan ini didasari kesepakatan bersama Pemda DIY dan Kartamantul dikarenakan lokasi zona eksisting TPA Regional Piyungan yang sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas, sehingga pelayanan sampah yang mencapai 850 ton per hari dari ketiga wilayah itu tak memungkinkan dilakukan.

Menyikapi potensi darurat sampah, Pemda DIY meminta masing-masing kabupaten/kota mengelola sampahnya sendiri. Kabupaten Sleman kini telah mengaktifkan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) di Tamanmartani, Kalasan. Adapun Kabupaten Bantul diinstruksikan mengelola sampahnya secara desentralisasi. Sampah kini diurus oleh masing-masing kelurahan.

Pemda DIY selain itu mengizinkan Pemerintah Kota Yogyakarta mengirimkan sampahnya ke TPA Piyungan dengan batasan maksimal 100 ton per hari mulai tanggal 28 Juli 2023 kemarin. Sebanyak 15 ton lainnya diangkut ke Kulon Progo dan sisanya dikelola sendiri. Untuk diketahui, produksi sampah harian di Kota Gudeg mencapai 210 ton.

Singgih melanjutkan, produksi sampah harian di wilayahnya saat ini bisa berkurang hingga 50 ton berkat pemerataan penggunaan biopori. Menurut Singgih, terhitung total 16 ribuan biopori terealisasi sampai pekan ini. Angka itu sebanding dengan kemampuan menampung sampah organik dari rumah tangga, beberapa OPD, serta berbagai usaha kecil sebanyak 20-25 persen.

"Tentu dengan peningkatan volume jumlah biopori yang berjalan dan ini terus kita lakukan, tentu akan kemudian mengurangi jumlah sampah organik yang kemudian akan kita olah," katanya.

Baca Juga: Gerakan Mbah Dirjo Kota Yogyakarta, Kurangi Sampah 30 Ton per Hari

3. Masih ada TPS3R

Kualitas Udara Jogja Diklaim Masih Baik Selama TPA Piyungan TutupIlustrasi pengolahan sampah di TPS 3R (Dok. Istimewa)

Di samping itu masih ada fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), daerah Nitikan, Umbulharjo, yang mampu mengolah sampah organik maupun anorganik sebanyak 10-15 ton per hari.

"Sehingga sisanya (sampah harian) ini yang kita lakukan mitigasi dengan menaruh di depo. Dan beberala depo saya pantau melalui CCTV, ada yang kosong, ada yang isi separuh, tentu ini menjadi keyakinan bagi saya pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta sampai saat ini masih sangat terkendali," tutupnya.

Baca Juga: Seniman Jogja Ciptakan Karya Seni dari Tumpukan Sampah 

Tunggul Kumoro Damarjati Photo Community Writer Tunggul Kumoro Damarjati

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya