Gerakan Mbah Dirjo Kota Yogyakarta, Kurangi Sampah 30 Ton per Hari

Metode biolos, biopori dan losida bisa jadi pilihan

Yogyakarta, IDN Times - Tekan jumlah sampah yang dibuang, Pemerintah Kota Yogyakarta terus menggencarkan gerakan mengelola sampah organik dengan Mbah Dirjo yakni mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja di masyarakat. Banyak metode yang dapat digunakan di program Mbah Dirjo ini.

"Pemerintah kota Yogyakarta sudah menggalakkan gerakan yang namanya Mbah Dirjo yaitu kepanjangan dari mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja. Intinya gerakan untuk memilah dan mengolah sampah dari rumah,” kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, beberapa waktu lalu saat menyerahkan biolos di RT 16 Kampung Celeban, Tahunan, Umbulharjo.

1. Mbah Dirjo bisa dilakukan dengan metode biolos

Gerakan Mbah Dirjo Kota Yogyakarta, Kurangi Sampah 30 Ton per HariGerakan Mbah Dirjo. (Dok. Istimewa)

Singgih memberikan contoh gerakan Mbah Dirjo dengan metode biolos yakni gabungan biopori dan losida. Menurut Singgih, biolos memiliki kelebihan karena saat memanen kompos hasil olah sampah organik tinggal menarik pipa paralon di bagian dalam. 

Meski demikian metode biolos itu hanya salah satu contoh pengolahan sampah organik. Masyarakat bisa memilih, menggunakan metode lain seperti biopori, ember tumpuk dan lodong sisa dapur untuk mengolah sampah organik. 

2. Mbah Dirjo mampu turunkan 30 ton per hari

Gerakan Mbah Dirjo Kota Yogyakarta, Kurangi Sampah 30 Ton per HariIlustrasi depo sampah Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)

Singgih mengungkapkan karena TPA Piyungan tutup, masyarakat harus mengelola dengan baik sampah yang dihasilkan. "Sehingga sampah organik yang selama ini diresidukan dititipkan ke penggerobak atau depo, sekarang kita harus pilah dan diolah bisa juga dengan biopori ember tumpuk dan losida,” tambah Singgih.   

Singgih menegaskan sejak awal Januari 2023, Kota Yogyakarta juga memiliki gerakan zero sampah anorganik. Gerakan itu sukses menurunkan volume sampah di Kota Yogyakarta dari sekitar 300 ton/hari menjadi 200 ton/hari sejak 6 bulan lalu. Singgih menyebut gerakan Mbah Dirjo untuk mengelola sampah organik yang dicanangkan dua minggu lalu sudah mengurangi volume sampah sampai sekitar 30 ton/hari.

"Jika masyarakat semua melaksanakan ini (Mbah Dirjo), Insya Allah sampah organik  akan selesai di tingkat hulu sehingga beban yang harus dibuang ke Piyungan akan semakin berkurang. Ini kesempatan kita di masa yang sangat darurat ini," ujar Singgih.

Baca Juga: Kurangi Sampah Organik, Pemkot Jogja Luncurkan Program Mbah Dirjo

3. Warga mulai mengelola sampah

Gerakan Mbah Dirjo Kota Yogyakarta, Kurangi Sampah 30 Ton per HariGerakan Mbah Dirjo. (Dok. Istimewa)

Sementara itu Ketua RT 16 Kampung Celeban, Suratim menyambut baik program Mbah Dirjo dan fasilitasi 2 unit biolos tersebut. Dia mengaku selama masa darurat sampah, sebagian warga mulai mengelola sampah secara mandiri. Salah satunya dengan membuat lubang, ember tupuk dan losida. 

"Adanya program ini sangat sangat bermanfaat. Selama ini ada yang dikelola secara mandiri seperti ember tumpuk dan losida, tapi memang sulit untuk memanennya dibandingkan biolos,” tutur Suratim.

Baca Juga: Seniman Jogja Ciptakan Karya Seni dari Tumpukan Sampah 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya