Penjelasan Pakar UGM Soal Munculnya Sinkhole di Gunungkidul
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Sebuah lubang menganga tiba-tiba muncul di tanah pertanian area Dusun Karangawen, Desa Karangawen, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul.
Kemunculan fenomena alam ini dijelaskan oleh ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bahwa amblesnya lapisan tanah diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Baca Juga: Usai Hujan, Sinkhole dengan Kedalaman 5 Meter Muncul di Gunungkidul
1. Struktur tanah sedari awal berpori
Ketua Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Suratman, menerangkan, sinkhole muncul karena faktor struktur tanah dari tempat lubang menganga itu.
Tanah itu, lanjut Suratman, berada di area karst yang terdiri dari bebatuan kapur berpori. "(Sinkhole itu diakibatkan) faktor batuan batu gamping yang punya fragmen-fragmen. Kalau ada air jadi tempat untuk larut (merembes) ke bawah (batuan)," kata Suratman, Senin (6/1).
2. Struktur tanah jadi lembek
Suratman melanjutkan, tempat munculnya sinkhole di Gunungkidul, sebelumnya sudah terlebih dahulu tertutup oleh tanah. Kemudian, dipakai sebagai lahan pertanian oleh warga.
Akan tetapi, struktur tanah saat diairi malah jadi lembek, mengingat di bawahnya ada batuan berpori yang membuat air rembes ke dalam.
"Ketika ada air menggenang, maka ini kan struktur tanah dengan batu menjadi lembek dan tanah itu menjadi turun. Waktu turun itu, akan terjadi semacam (lubang) berdiamater yang ambles. Nah, begitu hujan terus, ambles terus, berarti cepat sekali. (Muncul) namanya sinkhole," papar Suratman.
"Itu namanya proses perkolasi cepat. Jadi air masuk ke dalam tubuh tanah dengan cepat karena sudah ada gejala-gejala fragmen-fragmen batuan," sambung dia.
3. Sungai bawah tanah
Dijelaskan Suratman, mayoritas sinkhole tercipta pada daerah yang pada bagian bawahnya memiliki aliran sungai. Biasa disebut sungai bawah tanah.
Namun demikian, untuk kasus di Karangawen dan beberapa lokasi lain lagi memang dibutuhkan penelitian guna memastikannya.
"Ya mesti (lubangnya) sambung dengan sungai (bawah tanah). Tapi berapa jaraknya itu yang perlu kita telusuri," tandasnya.
Baca Juga: Pakar UGM: Sistem Polder Dinilai Bisa Jadi Solusi Kurangi Banjir