Libur Tahun Baru, Kualitas Udara Yogyakarta Memburuk

Disebabkan volume kendaraan yang meningkat

Kota Yogyakarta, IDN Times - Kualitas udara di Kota Yogyakarta disebut memburuk selama momen jelang dan perayaan tahun baru 2020. Hal itu dipicu oleh bertambahnya volume kendaraan bermotor di jalanan Kota Gudeg.

Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat, bahkan berdasarkan pengukuran menggunakan alat Air Quality Measurement System (AQMS), kandungan karbon monoksida (CO) di udara hampir mencapai angka batas baku mutu.

Baca Juga: Usai Libur Tahun Baru, 15 Ton Sampah Menumpuk di Pantai Parangtritis

1. Mencapai 26 ribu mikrogram/meter kubik

Libur Tahun Baru, Kualitas Udara Yogyakarta MemburukANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Kepala UPT Laboratorium Pengujian Kualitas Lingkungan DLH Kota Yogyakarta, Sutomo menyebut, kandungan CO udara Kota Yogyakarta saat pergantian tahun menyentuh angka 26 ribu mikrogram/meter kubik. Sementara, batas baku mutunya adalah 30 ribu mikrogram/meter kubik.

Padahal, kata Sutomo, biasanya dalam hitungan per hari selalu di bawah angka 10 ribu mikrogram per meter kubik. "Tanggal 31 Desember malam tahun baru itu jam 23.00 terdeteksi CO 22 ribu mikrogram per meter kubik. Setengah 12 malam mencapai 26 ribu," kata Sutomo, Kamis (2/1).

2. Dipicu meningkatnya volume kendaraan bermotor

Libur Tahun Baru, Kualitas Udara Yogyakarta MemburukSituasi lalu lintas di salah satu titik Malioboro. IDN Times/Febriana Sinta

Adapun faktor di balik meningkatnya kadar CO ini, menurut Sutomo, adalah karena terjadi peningkatan pada volume kendaraan bermotor. Maklum, Yogyakarta merupakan salah satu tujuan wisata.

"Kalau seperti tahun baru ya karena setiap volume kendaraan yang meningkat itu biasanya kami memantau dari stasiun itu, biasanya terlihat lonjakannya di monoksida," papar Sutomo.

3. Riskan bagi pengidap penyakit

Libur Tahun Baru, Kualitas Udara Yogyakarta MemburukIDN Times/Rangga Erfizal

Meski masih beberapa ribu di bawah baku mutu, situasi ini lumayan beresiko bagi para pengidap penyakit hipertensi atau jantung sekalipun. Sifat CO yang reaktif akan cepat masuk ke hemoglobin (HB) dalam darah ketika seseorang terpapar.

"HB itu harusnya pasangannya dengan oksigen. Karena CO masuk, dikira oksigen. CO ini bisa bikin keracunan. Jangka panjang yang rentan itu yang punya penyakit jantung," sebutnya.

Salah satu upaya mengantisipasi ini, sebagaimana Sutomo sampaikan adalah dengan meminimalisir munculnya kandungan CO di udara. Saat musim liburan seperti ini paling tepat adalah dengan beralih ke transportasi umum atau pembatasan kendaraan bermotor. "Bisa ganjil-genap atau 3 in 1," tandasnya.

Baca Juga: Potensi Hujan Lebat, Bupati Sleman Imbau Warga Antisipasi Lahar Dingin

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya