Kabar Ketua BEM di-DO karena Kritik Jokowi, UGM: Hoaks

UGM ingatkan cermati diksi agar pesan kritik tersampaikan

Sleman, IDN Times - Universitas Gadjah Mada (UGM) memastikan ketidakbenaran mengenai kabar pimpinan kampus yang mengeluarkan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM, Gielbran Muhammad Noor karena mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Narasi mengenai UGM menjatuhkan dropout (DO) kepada Gielbran bertebaran di media sosial baru-baru ini. Anggapan telah menghina Jokowi lewat kritik 'nominasi alumnus UGM paling memalukan' disebut sebagai penyebab dikeluarkannya Gielbran dari kampus.

"Itu kabar hoaks. UGM tidak melakukan tindakan DO terhadap Gielbran. Lha wong mahasiswanya habis ujian terus liburan kok sekarang," kata Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi saat dihubungi, Senin (18/12/2023).

1. Bebaskan mahasiswa kritik, cermat pilih diksi

Kabar Ketua BEM di-DO karena Kritik Jokowi, UGM: HoaksKetua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor, dalam aksi mahasiswa di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (29/11/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Andi mengatakan, UGM tak pernah melarang mahasiswanya untuk menyampaikan kritik, sekalipun kepada presiden. Bahkan, ketika kritik Gielbran dan BEM KM UGM dianggap terlalu keras oleh sejumlah pihak, kampus juga tak melayangkan teguran. Ia hanya mengingatkan agar kritik yang dilontarkan tak melampaui adab sopan santun.

"Tapi prinsipnya kami juga tidak setuju dengan penggunaan kata-kata itu (dalam kritik Gielbran dan BEM KM). Menurut saya itu tidak menunjukkan yang bersangkutan sebagai seorang mahasiswa, seorang yang terdidik, harusnya bisa memilah diksinya," jelas Andi.

2. Mengaburkan pesan, menebalkan kontroversi

Kabar Ketua BEM di-DO karena Kritik Jokowi, UGM: HoaksPresiden Jokowi. (IDN Times/Larasati Rey)

Andi melanjutkan, pemakaian diksi dalam kritik Gielbran cs kepada Jokowi juga malah mengaburkan pesan yang ingin disampaikan dan justru perhatian publik teralihkan ke soal diksi.

"Kritik itu hal yang sehat, tapi harus juga disampaikan dengan cara-cara yang santun agar message-nya sampai juga ke yang dikritik. Kalau begini kan malah enggak nyampai, malah diksinya yang diserang," katanya.

"Kami sangat berharap kebebasan itu tidak dimaknai itu sebebas-bebasnya. Kebebasan itu ada batasannya yaitu hal yang menyinggung hak asasi orang lain. Ketika itu sudah menyinggung, kita harus bertanggung jawab atas kondisi yang dilakukan," sambung Andi.

Baca Juga: Ini Pendapat BEM KM UGM Soal Baliho Jokowi Alumnus Paling Membanggakan

3. Konsekuensi reaksi publik

Kabar Ketua BEM di-DO karena Kritik Jokowi, UGM: Hoaksilustrasi media sosial (pexels.com/Magnus Mueller)

Menurut Andi, reaksi publik saat ini, termasuk munculnya serangan-serangan di media sosial adalah konsekuensi yang harus ditanggung oleh Gielbran dkk sebagai bagian dari pembelajaran.

"Ini kan mereka yang memilih diksi itu dan mengatakannya itu ke publik. Dan serangan dari publik itu kencang terhadap diksi yang mereka gunakan. Kami di rektorat bukan tidak menegur, tapi ingin dia itu bertanggungjawab atas aksi yang dia lakukan," pungkasnya.

Baca Juga: Jokowi Dapat Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan dari BEM

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya