19 Orang Dinyatakan Positif COVID-19, Pasar Cebongan Tutup 3 Hari
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Sleman menutup sementara Pasar Cebongan setelah ditemukan 19 orang yang terdiri dari pelaku pasar di Pasar Cebongan dan keluarganya yang positif COVID-19.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman Harda Kiswaya mengungkapkan, penutupan ini sendiri akan dilakukan selama tiga hari berturut-turut, mulai hari ini, Selasa hingga Kamis (15-17/9/2020).
Baca Juga: Malioboro Dikepung COVID-19, Pedagang Pasar Beringharjo Positif
1. Awalnya ada dua orang yang positif COVID-19
Awalnya ada dua orang yang positif COVID-19, yang merupakan penjaga toilet yang diketahui positif pada Senin (7/9/2020) dan pedagang, diketahui yang positif pada Selasa (8/9/2020). Kemudian, Dinkes melakukan tracing kepada lebih dari satu blok pasar. Dari sana diketahui total ada 19 orang yang positif COVID-19.
Harda menjelaskan, hal tersebut turut membuat pihaknya memilih opsi untuk melakukan penutupan terhadap Pasar Cebongan. Meskipun berat, namun hal tersebut merupakan langkah yang paling tepat.
"Penutupan pasar bukanlah hal mudah yang dilakukan, karena dikhawatirkan masyarakat akan takut kembali lagi ke pasar, jika penutupan sudah dilakukan," ungkapnya pada Senin (14/9/2020).
2. Mobilitas tidak bisa dikontrol menyeluruh
Menurut Harda, selama ini protokol kesehatan di pasar sudah dilakukan secara ketat. Meski demikian, pihaknya tidak bisa memonitor mobilitas secara menyeluruh. Hal tersebut lantaran dagangan dari Sleman banyak didatangkan dari luar Sleman.
"Misalnya sayuran yang didatangkan dari Magelang, sampai dengan bawang dari daerah Pantura," terangnya.
3. Tracing terus dikembangkan
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo mengungkapkan, bagi orang-orang yang sebelumnya diketahui melakukan kontak erat, diminta untuk melakukan karantina mandiri. Sedangkan bagi yang positif, sudah dirawat di rumah sakit maupun Asrama Haji.
Selain itu, untuk proses tracing pun terus dilakukan dan dikembangkan hingga ke keluarga.
"Sebagian besar yang ketularan keluarga. Pedagang juga ada yang positif," paparnya.
Baca Juga: Enam Bulan Pandemik, Ratusan Nakes Berpulang Tak Bikin Publik Gentar