Seminar JIBB 2023 Dorong Batik Melintasi Sekat Ruang dan Waktu

Batik sebagai kekuatan budaya dan ekonomi masyarakat

Sleman, IDN Times - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY menggelar Seminar Batik Internasional 2023 di Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa (29/8/2023). Agenda ini sebagai bagian dari Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2023 yang diselenggarakan untuk mendukung keberlanjutan batik.

JIBB 2023 sendiri mengusung tema 'Borderless Batik', yang diterjemahkan dalam subtema 'Sustainable and Marketability'. Tujuannya memperkuat predikat DIY sebagai Kota Batik Dunia dan menjadikan kegiatan JIBB sebagai pendorong budaya dan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat DIY.

1. Media belajar dan pengembangan batik

Seminar JIBB 2023 Dorong Batik Melintasi Sekat Ruang dan WaktuSekda DIY, Benny Suharsono. (Dok. Istimewa)

Lewat sambutan tertulis yang dibacakan Sekda DIY, Benny Suharsono, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, berharap JIBB menjadi wadah untuk saling belajar, berdiskusi, dan memperkuat jaringan, dengan tujuan mengembangkan dan menemukan praktik terbaik dalam konteks keberlanjutan batik. Apalagi, pada 18 Oktober 2014, DIY telah dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia oleh Word Craft Council (WCC) di Dongyang, China.

Penghargaan ini diterima karena Yogyakarta dinilai telah memenuhi 7 kriteria Kota Kerajinan Dunia yang dipersyaratkan. Antara lain nilai historis, orisinalitas, upaya konservasi melalui regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, reputasi internasional dan konsisten.

"Untuk menjaga keterpenuhan 7 kriteria nilai tersebut, Pemda DIY bersama Dekranasda DIY salah satunya menginisiasi penyelenggaraan Jogja International Batik Binennale yang dalam implementasinya melibatkan seluruh elemen masyarakat termasuk pelaku usaha, pecinta batik, dan masyarakat umum," katanya.

2. Menggali temuan-temuan baru

Seminar JIBB 2023 Dorong Batik Melintasi Sekat Ruang dan WaktuKetua Harian Dekranasda DIY, GKBRAy Paku Alam. (Dok. Istimewa)

Ketua Harian Dekranasda DIY, GKBRAy Paku Alam, mengatakan seminar yang dilaksanakan secara hybrid ini diikuti 100 peserta offline dan online dari berbagai daerah. Tujuannya untuk menggali kebijakan pemangku kepentingan dan temuan baru hasil riset dan pengembangan (R&D) dari keynote speaker dan pemakalah untuk eksistensi batik Yogyakarta.

"Dalam lingkup economic value, global value dan consistency value dalam dimensi pelestarian, pengembangan, pemberdayaan warisan seni budaya batik, juga adanya statement tentang kesadaran dan kepedulian kolektif untuk merintis terwujudnya pusat pelestarian, penelitian dan pengembangan, hilirisasi hasil R&D, agen perubahan kreativitas, inovasi dan invensi seni budaya batik khas Yogya," ungkapnya.

Dikatakan Gusti Putri, Jogja World Batik City sudah 9 tahun menjadi predikat Yogyakarta. Perlahan tapi pasti, batik sudah menjadi primadona di Yogyakarta. Hampir di semua pusat perbelanjaan pasti ada outlet batik. Tumbuhnya UKM kerajinan batik juga terus meningkat, para desainer muda mulai melirik batik sebagai salah satu pilihan dalam memperkaya karya-karya mereka.

"Sudah seharusnya kita terus menggiatkan dunia perbatikan dengan berbagai pernak-perniknya, seperti peningkatan kualitas, peningkatan ketelitian pengerjaannya, pengayaan desain/motif dan tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat tentang batik secara benar. Termasuk pembinaan dari sisi bisnisnya misalnya, pemasaran, permodalan, promosi serta strategi pemasaran di zaman yang serba online ini," kata Gusti Putri.

"Dan juga perlu lebih sering diadakan sosialisasi tentang regulasi perdagangan baik dalam dan luar negeri, serta aspek hukum dan perpajakan dalam bisnis online," imbuhnya.

Baca Juga: Jogja International Batik Biennale 2023 Dekatkan Batik ke Milenial 

3. Menggali seni batik pada era modern

Seminar JIBB 2023 Dorong Batik Melintasi Sekat Ruang dan WaktuSeminar Batik Internasional 2023 di Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa (29/8/2023). (Dok. Istimewa)

Disampaikan Gusti Putri, penyelenggaraan JIBB sempat terhenti pada tahun 2020 karena pandemi. Tahun 2021, JIBB kembali diselenggarakan dengan terbatas atau secara online karena kondisi yang belum pulih sepenuhnya. Akan tetapi, situasi itu justru memberikan keuntungan karena JIBB menjadi sebuah acara yang tidak hanya digebyarkan dalam waktu 1 bulan, namun menjadi acara yang berkesinambungan selama 1 tahun.

Tema tahun ini mengandung makna bahwa seni batik di era modern idealnya dapat berkembang melintasi batasan ruang dan waktu, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman serta teknologi terkini. Secara mendasar, seni batik juga dapat dikembangkan secara fleksibel dalam menyikapi berbagai batasan formal seperti waktu/periode masa, bentuk alat/peralatan, fungsi akhir, corak/motif/ragam hias, dan metoda/teknis aplikasinya. Dengan demikian, seni batik dapat berkembang lebih luas dengan dinamis, namun tetap bijaksana, dalam artian tanpa meninggalkan pakem dasarnya.

Seminar Batik Internasional JIBB 2023 menghadirkan narasumber para praktisi dunia batik. Di antaranya Laretna T Adishakti dari Gallery Batik Jawa Yogyakarta dengan materi 'Memelihara Keberadaan Batik Sepanjang Masa', kemudian Agus Sugiono dari PT Iwan Tirta Jakarta dengan materi 'Strategi Pemasaran dari Karya Batik dengan mengusung Citra Ikon Batik Nasional'. Selain itu, ada Edrie Ong Liang Bin, desainer Malaysia dengan materi 'Batik Market Prospect For International Millenial Generation', serta Priyo Pratomo HDII Inisiator Jogja Kota Batik Dunia, Jakarta, dengan materi 'Saudara Tertua yang Arif dan Bijaksana'. Turut hadir pada seminar tersebut, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Tri Saktiyana, jajaran Kepala Dinas terkait, Kadinda DIY, tokoh-tokoh batik di DIY.

Baca Juga: Ojek Online di DIY Minta Perlindungan Sri Sultan Soal Tarif  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya