Jogja International Batik Biennale 2023 Dekatkan Batik ke Milenial 

Pengakuan Jogja Kota Batik Dunia sejak tahun 2014 

Yogyakarta, IDN Times - Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2023 menjadi ajang untuk semakin mendekatkan batik ke masyarakat, termasuk bagi generasi muda. Kepedulian pada batik, menjadi modal penting agar batik tetap lestari.

JIBB 2023 mengusung tema Borderless Batik (Bathik tan Winetes), dengan sub tema Sustainable and Marketability. "Melalui tema tersebut diharapkan bahwa batik itu luwes dalam hal penggunaannya serta konsumen batik tidak dibatasi usia,tempat dan wilayah,” ujar Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), KGPAA Paku Alam X membacakan sambutan Gubernur DIY, Jumat (23/6/2023).

1. Keberlanjutan batik bagi generasi muda

Jogja International Batik Biennale 2023 Dekatkan Batik ke Milenial Peluncuran JIBB 2023. (Dok. Istimewa)

Sri Paduka menyampaikan JIBB 2023 diharapkan dapat menghadirkan hasil riset dan pengembangan serta praktik terbaik dalam konteks keberlanjutan batik bagi generasi Millennial dan iGen serta gaya hidup generasi Z.

"Tujuannya adalah melestarikan, melindungi, mengembangkan, memberdayakan dan memanfaatkan warisan seni budaya wastra batik. Sehingga dapat mendukung keberadaan Jogja sebagai Kota Batik Dunia dan memberikan nilai atau daya jual yang tinggi," ujarnya.

Sri Paduka menyatakan Pemda DIY bersama Dekranasda DIY berupaya mengejawantahkan predikat tersebut melalui kegiatan yang membumi dan dapat melibatkan semua elemen masyarakat baik pencinta dan pelaku usaha batik maupun masyarakat umum.

Upaya tersebut dilakukan sejak Jogja ditetapkan Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC) sebagai Kota Batik Dunia pada 18 Oktober 2014. "Penyelenggaraan JIBB pertama kalinya dimulai pada 2016 dan merupakan langkah nyata DIY untuk semakin mengangkat Jogja sebagai Kota Batik Dunia. Lantas, JIBB diselenggarakan setiap dua tahunan dengan puncak acara bertepatan dengan Peringatan Hari Batik Nasional pada Oktober," paparnya.

2. Jaga Jogja sebagai kota batik dunia

Jogja International Batik Biennale 2023 Dekatkan Batik ke Milenial Peluncuran JIBB 2023. (Dok. Istimewa)

Ketua Dekranasda DIY, GKR Hemas menyampaikan predikat dan prestasi prestisius Jogja Kota Batik Dunia mengandung konsekuensi yang tidak sederhana terkait tugas konservasi, pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan batik, baik sebagai seni maupun industri di DIY. Konsekuensi dari penetapan tersebut dilakukan penilaian atau evaluasi oleh Dewan Kerajinan Dunia setiap dua tahun sekali dengan membuat event-event batik berkualitas guna semakin mempertegas Jogja Kota batik Dunia.

“Kita selalu melakukan pembaharuan mulai dari tema setiap kali pelaksanaan daripada JIBB. Itu yang penting dan selalu kita upayakan sebaik-baiknya. Tentu banyak hal yang harus kita perbarui agar setiap saat batik bisa bertahan dengan konsep tradisionalnya. Yang tidak kalah penting supaya kita selalu mengapresiasi batik sebagai penanda budaya bangsa yang lebih fleksibel digunakan oleh semua orang,” tuturnya.

Terkait pemilihan Jakarta sebagai lokasi peluncuran, GKR Hemas mengungkapkan beberapa negara asing yang terlibat ikut bersama-sama membatik secara virtual pada peluncuran JIBB dua tahun lalu, akhirnya dari situ banyak negara memberikan respon positif ingin berpartisipasi. Teristimewa tahun ini, maka peluncuran JIBB 2023 dilakukan di Jakarta agar dikenal sebagai event nasional maupun internasional

Baca Juga: Pasar Condronegaran Surga Baru Kuliner Malam Hari di Kota Yogyakarta 

3. Rangkaian kegiatan JIBB 2023

Jogja International Batik Biennale 2023 Dekatkan Batik ke Milenial Sajian tari saat peluncuran JIBB 2023. (Dok. Istimewa)

Peluncuran JIBB 2023 ini diawali dengan menampilkan display batik koleksi Keraton Jogja dan Puro Pakualaman dengan konsep Batik Daur Hidup. Kemudian dibuka tarian garapan baru bertema Borderless Batik yang ditarikan lima penari dengan iringan musik dinamis dan energik dengan koreografer Anter Asmorotedjo.

Usai prosesi launching ditayangkan kisah JIBB yang menceritakan mengapa Jogja ditunjuk sebagai Kota Batik Dunia. Dijelaskan Jogja memenuhi tujuh kriteria yaitu nilai sejarah (historical value), nilai keaslian (authenticity value), nilai pelestarian (conservation value), nilai ekonomi (economic value), nilai ramah lingkungan (environmental friendly value), nilai global (global value), dan nilai keberlanjutan (sustainability value).

Lima penari menampilkan pertunjukan teatrikal bertajuk Batik Daur Kehidupan yang menceritakan siklus hidup manusia di dunia. Sehingga motif batik yang dipamerkan ini semuanya dipakai untuk setiap tahap siklus kehidupan, terutama oleh masyarakat Jawa. Tersirat sebuah harapan dan doa dari masing-masing motif batik yang digunakan. Tarian teatrikal yang anggun ini juga dikoreografi oleh Anter Asmorotedjo.

Baca Juga: Sriekandi Patra Tularkan Semangat Berdaya kepada Difabel lewat Batik

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya