Pakar Manajemen Air UGM Sarankan Tampung Air Hujan Atasi Kemarau

Perlu kesatuan berpikir atasi kekeringan 

Sleman, IDN Times - Pakar Manajemen Air Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono menyebut bencana yang terjadi saat musim kemarau maupun penghujan, disebabkan belum adanya kesatuan berpikir untuk menyelesaikan masalah secara sistemik dan holistik.

“Musim kemarau dan penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Saat musim hujan kita perlu mengelola air hujan untuk musim kemarau, saat kemarau kita mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan. Itu suatu siklus yang tidak terputus,” kata Agus, Kamis (31/8/2023).

1. Memanen air hujan bisa jadi solusi atasi kekeringan

Pakar Manajemen Air UGM Sarankan Tampung Air Hujan Atasi KemarauIlustrasi hujan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi kekeringan adalah menerapkan metode pemanenan air hujan. Pemanenan air hujan dapat dilakukan dengan metode dan peralatan yang sederhana di rumah tangga, industri, maupun perkampungan atau lahan pertanian. 

Untuk skala rumah tangga misalnya, bisa dilakukan dengan membuat penampungan. Kelebihan air dimasukkan ke dalam sumur resapan. Sedangkan untuk areal pertanian, penampungan air hujan dapat dilakukan dengan kolam konservasi. 

“Di Australia sekitar 40 persen rumah di perkotaan sudah memiliki tampungan air hujan, di pedesaan jumlahnya sekitar 60 persen. Di Indonesia masih nol koma sekian persen, padahal potensinya besar sekali,” kata Agus. 

2. Air hujan aman dikonsumsi

Pakar Manajemen Air UGM Sarankan Tampung Air Hujan Atasi Kemarauilustrasi air hujan (unsplash.com/Anna Atkins)

Kualitas air hujan menurutnya cukup baik untuk dikonsumsi. Air hujan menurutnya adalah masa depan dari sumber daya air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. 

Agus yang terlibat aktif dalam Gerakan Memanen Hujan Indonesia (GMHI), mengembangkan teknologi pemanen hujan yang disebut Gama Rain Filter. Teknologi ini telah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dengan hasil yang cukup menjanjikan.

“Di beberapa daerah sudah dipasang, dan warga yang biasanya harus membeli air di musim kemarau, sekarang bisa mendapat stok air yang cukup dari hasil penampungan air hujan,” tuturnya.

Baca Juga: 7 Ribu Keluarga di Gunungkidul Kekurangan Air Bersih

3. Upaya meminimalkan kekurangan air di musim kemarau

Pakar Manajemen Air UGM Sarankan Tampung Air Hujan Atasi KemarauIlustrasi lahan sawah mengalami kekeringan. (ANTARA FOTO/Jojon)

Menanggapi situasi di berbagai daerah yang menghadapi ancaman kekeringan, menurut Agus terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan selain memanfaatkan droping air bersih. Masyarakat, menurutnya, bisa mencari sumber air yang masih tersedia. Misalnya di sepanjang alur sungai atau sungai bawah tanah, serta merawat kembali sumur yang tidak terpakai untuk dibersihkan dan digali lebih dalam. 

“Di Gunungkidul ada banyak sungai di bawah tanah yang pada musim kemarau pun masih menyimpan banyak air. Dengan pompa, air di situ bisa diambil sehingga masyarakat tidak kekurangan air,” terang Agus. 

Baca Juga: Awas Ancaman Denda Buang Sampah Sembarangan di Jogja hingga Rp50 Juta!

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya