Tangani Sampah Organik, Mbah Dirjo Andalan Pemkot Jogja di SAC 2023

Berhasil tekan sampah organik puluhan ton

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Kota Yogyakarta membagikan pengalaman pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta dalam SDGs Annual Conference (SAC) 2023 bertema Air, Energi, dan Pertanian menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan, di Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa (7/11/2023). Melalui Gerakan Mbah Dirjo (Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori ala Jogja), Pemkot Yogyakarta mengklaim dapat menekan puluhan ton sampah organik.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto, mengatakan semenjak ada pembatasan pembuangan sampah di TPA Piyungan, pengelolaan sampah pun menghadapi tantangan. Terlebih di Kota Yogyakarta, luasan lahan sangat minim.

1. Gerakan Mbah Dirjo sebagai solusi penanganan sampah organik

Tangani Sampah Organik, Mbah Dirjo Andalan Pemkot Jogja di SAC 2023Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto. (IDN Times.Herlambang Jati Kusumo)

Sugeng menyebut timbunan sampah di Kota Yogyakarta pada Desember 2022 mencapai 300 ton. Pada Januari 2023, pemerintah berupaya menekan dengan Gerakan Zero Sampah Anorganik, gerakan tersebut berhasil mengurangi 100 ton sampah anorganik pada Juni.

Menjadi tantangan, pada Juli 2023, terjadi kedaruratan TPA Piyungan, sehingga harus tutup dua bulan. "Padahal sudah dikurangi 100 ton, sisa 200 ton, dapat kuota sehari 100 ton, pasti ada sisa sampah," ujar Sugeng.

Hingga akhirnya pada akhir Juli, muncul gerakan Mbah Dirjo. Gerakan ini menjadi solusi luasan lahan di Kota Yogyakarta yang terbilang sempit, termasuk luasan depo yang terbatas.

2. Pilihan gerakan dari Mbah Dirjo

Tangani Sampah Organik, Mbah Dirjo Andalan Pemkot Jogja di SAC 2023Gerakan Mbah Dirjo. (Dok. Istimewa)

Ada tiga pilihan dari Mbah Dirjo ini. Pertama biopori reguler atau skala kecil untuk daerah padat atau pekarangan rumah yang sempit. Ukuran diameter 4 inci, kedalaman 80-100 cm. Kemudian Biopori Jumbo, dengan memanfaatkan barang bekas di rumah seperti ember, ember cat 25 kg, galon air minum, yang dilubangi setiap sisinya.

Ketiga, jika memiliki lahan yang lebih luas lagi, bisa menerapkan Biopori Jumbo Darurat. Ukurannya bisa 1 x 1 x 1 meter. Bisa dibuat di lahan yang memungkinkan.

"Gerakan ini dilakukan sampai saat ini, dibuat di masyarakat hingga perkantoran," ungkap Sugeng.

Baca Juga: Kearifan Lokal Pendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

3. Mbah Dirjo bisa tekan sampah hingga 50 ton

Tangani Sampah Organik, Mbah Dirjo Andalan Pemkot Jogja di SAC 2023Gerakan pengelolaan sampah organik 'Mbah Dirjo'. (Dok. Istimewa)

Sugeng mengungkapkan saat ini Gerakan Mbah Dirjo ini sudah ada 29.843 titik. Dari puluhan ribu titik tersebut, sampah yang bisa ditekan sekitar 50 ton sampah organik.

Sugeng mengakui belum semua sampah bisa terkelola dengan baik. Ia pun meminta partisipasi aktif masyarakat. Seperti halnya jika makan, tidak tersisa, atau bisa dihabiskan.

"300 ton sampah di 2022, dikurangi anorganik 100 ton, biopori Mbah Dirjo mengurangi total 50 ton. Masih sisa 150 ton, kami masih diberi kemudahan di Piyungan, tapi hanya 135 ton. Ada selisih 15 ton per hari," ujar Sugeng.

Baca Juga: Mbah Dirjo Kota Yogyakarta Hasilkan Puluhan Ribu Titik Biopori 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya