Hardiknas Saat Pandemik, Guru Jualan Masker hingga Beri Bantuan Beras 

#HariPendidikanNasional Penghasilan berkurang, guru jualan

Sleman, IDN Times-Pandemik COVID-19 membuat Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Guru dan siswa sudah tidak lagi mengadakan kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Kondisi ini tidak hanya berimbas ke siswa, guru-guru pun terkena dampak dalam sistem pengajaran baru tersebut. 

Bahkan kondisi ekonomi pahlawan tanpa tanda jasa itu juga ikut terdampak. Para guru tidak bisa lagi memperoleh tambahan penghasilan dari les sehingga harus memutar otak untuk mencari penghasilan lainnya. Tak hanya itu guru lainnya juga ikut serta membantu siswa yang kurang mampu.

Baca Juga: Tanda di Tiang Listrik, Bikin Heboh Warga Kaliurang 

1. Guru terpaksa berjualan

Hardiknas Saat Pandemik, Guru Jualan Masker hingga Beri Bantuan Beras (Ilustrasi WhatsApp) www.independent.co.uk

Seorang guru sekolah dasar swasta di wilayah Sleman saat ini harus berjualan untuk menambah penghasilan. Salah satu guru kelas 1, Tutik ini mengaku menjual apapun yang penting dapat menambah keuangan keluarga. 

"Saya jualan dari masker, roti, hingga daging," ujar guru yang berusia 45 tahun ini, kepada IDN Times, Sabtu (2/5). 

Untuk berjualan, dirinya mengunggah barang dagangannya melalui media sosial WhatsApp. "Saya unggah barang dagangan saya melalui status WA, nanti pasti ada yang lihat dan semoga ada yang beli."

Usaha ini dilakukannya sejak awal bulan April lalu. Berkurangnya honor yang diterima dari sekolah dan tiadanya les untuk anak-anak yang membutuhkan jasanya mengharuskan dirinya berjualan. 

 

2. Guru berikan bantuan sembako ke siswa

Hardiknas Saat Pandemik, Guru Jualan Masker hingga Beri Bantuan Beras Pemberian bantuan sembako untuk orang tua murid sekolah Gotoing Royong Yogyakarta. IDN Times/Istimewa

Tugas guru di sekolah ini tidak hanya memberikan pelajaran, namun juga memberikan bantuan pangan bagi murid-muridnya.

Kondisi itu terjadi di SMP Gotong Royong, Yogyakarta. Kepala Sekolah SMP Gotong Royong, Amerlita, menjelaskan pihaknya memberikan sembako bagi siswanya yang berjumlah 30 murid untuk SMP dan 16 murid untuk SMA. Sebagian murid di sekolahnya membantu keuangan keluarga dengan bekerja. Ada yang bekerja di tempat pencucian baju, penjaga anak, hingga penjaga toko. 

"Sudah ada beberapa bantuan sembako untuk anak didik kami. Bantuan ini dilakukan karena murid jadi susah kehidupannya, sudah pas-pasan tempat usaha mereka juga terimbas adanya corona. Jadi kami membuka sumbangan bagi siapa saja yang memberikan bantuan."

Pesan yang diterima IDN Times, Sekolah Gotong Royong menerima bantuan untuk satu murid adalah beras sebanyak 1 kilogram dan mi instan sebanyak 4 bungkus. 

"Penyaluran sembako pertama kali tanggal 8 April lalu, nanti akan ada lagi. Yang sedikit-sedikit ini, hanya beras, mie instan, susu ini, kami berharap dapat membantu memperpanjang agar dapur terus mengebul. Karena sebagian dari mereka kehilangan pendapatannya," ujar Lita. 

3. Murid tidak mampu tak memiliki HP

Hardiknas Saat Pandemik, Guru Jualan Masker hingga Beri Bantuan Beras Ilustrasi. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Sekolah SMP dan SMA Gotong Royong yang terletak di pusat Kota Yogyakarta sebagian besar muridnya adalah warga tidak mampu. Untuk memenuhi kebutuhan sehar-hari, setiap pulang sekolah siswanya harus melakukan pekerjaan tambahan. 

Kepala Sekolah SMP Gotong Royong, Amerlita mengatakan saat harus belajar di rumah dengan cara online pengajar akan kesulitan mengirimkan bahan pelajaran. 

"Anak-anak di sini jarang yang orang tuanya memiliki HP, jadi jika ada tugas murid pinjam HP ke tetangganya. Nah sulit juga jika nomer HP ganti-ganti," ujar Lita.

Baca Juga: Bertepatan May Day, 19 Buruh Terdampak COVID-19 Mengadukan Nasibnya 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya