Electrifying Agriculture Menarik Anak Muda di Bantul Jadi Petani

Sudah ada asosiasi petani milenial di Bantul

Bantul, IDN Times - ‎Pemanfaatan energi listrik dalam pertanian, atau yang dikenal sebagai electrifying agriculture, telah membawa dampak positif yang signifikan bagi para petani. Langkah ini berhasil mengurangi biaya operasional selama proses bercocok tanam, terutama dalam hal penyiraman tanaman.

Di sisi lain, pemanfaatan energi listrik ini mampu menarik perhatian generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. Hal ini menjadi semakin relevan mengingat mayoritas petani di Bantul saat ini berusia lanjut.

1. Pemanfaatan energi listrik mendorong anak muda untuk terjun ke dunia pertanian‎

Electrifying Agriculture Menarik Anak Muda di Bantul Jadi PetaniKoordinator Program Community for Sustainability, Lisa Lindawati.(IDN Times/Daruwaskita)

Koordinator Program Community for Sustainability, Lisa Lindawati menyatakan pemanfaatan energi listrik bagi sektor pertanian akan membuat proses maupun biaya produksi jauh lebih murah dan lebih efisien. Kondisi ini tentunya juga bisa mendorong petani muda berani menggeluti bidang pertanian. Sebab tak lagi terkendala dalam produksi pertanian seperti yang dialami oleh generasi sebelumnya.

"Saat ini dengan pemanfaatan energi listrik dan didukung alat-alat mesin pertanian bekerja sangat memudahkan petani dalam menggarap sawah. Petani tak perlu ke sawah untuk penyiraman dan cukup dari rumah sebab sudah ada alat timer yang bisa dikontrol dari rumah," katanya di sela-sela acara diskusi tersebar bertema Peran Pasar Digital dalam Industri Pariwisata Berbasis Electrifying Agricultur di Sompok, Sriharjo, Imogiri, Bantul, Minggu (20/8/2023).

Lebih lanjut Lisa mengatakan anak muda yang mulai berminat terjun ke bidang pertanian ini terjadi di Padukuhan Sompok. Kehadiran energi listrik semakin memudahkan untuk mengolah pertanian, sebab di daerah Sompok ini sebelumnya hanya mengandalkan pompa air dengan BBM untuk memompa air dari Sungai Oya guna irigasi atau penyiraman.

"Dengan adanya listrik, petani cukup membuat sumur bur dan untuk menaikkan air untuk irigasi dengan pompa listrik. Bahkan pompa listrik bisa menggunakan timer kapan menyala dan mati sehingga petani tak perlu lagi ke sawah untuk penyiraman," ucapnya.

"Ini kan menjadikan anak muda kembali lagi tertarik untuk menggeluti pertanian karena bertani tak seberat seperti yang dialami sebelumnya," tambahnya.

2. Telah terbentuk asosiasi petani milenial di Bantul‎

Electrifying Agriculture Menarik Anak Muda di Bantul Jadi PetaniKepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Bantul, Joko Waluyo.(IDN Times/Daruwaskita)

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Joko Waluyo, mengklaim saat ini tren anak muda terjun ke dunia pertanian semakin baik. Hal ini terbukti dengan terbentuknya asosiasi petani milenial di Kabupaten Bantul. Bahkan, di setiap balai penyuluh pertanian tingkat kapanewon sudah ada kantor sekretariat petani milenial.

"Kalau jumlah petani milenialnya saya tidak hafal namun sejak tahun 2022 sudah terbentuk asosiasi petani milenial Bantul," ungkapnya.

Pemanfaatan energi listrik dan juga alat dan mesin pertanian (alsintan) yang mendukung dan memudahkan menggarap sawah menjadi daya tarik bagi anak muda untuk menjadi petani. Sebab sebagian besar petani di Bantul usianya tidak muda lagi.

"Untuk pemanfaatan energi listrik kita fokuskan pada daerah penghasil produk holtikultura seperti cabai, bawang merah hingga sayur-sayuran. Untuk daerahnya berada di Kapanewon Kretek, Sanden dan Kapanewon Imogiri di Kalurahan Selopamioro," tandasnya.

Baca Juga: Sekitar 1.500 Petani Bantul Gunakan Alat Pertanian Berbasis Listrik

3. Ribuan petani di Bantul telah memanfaatkan energi listrik‎

Electrifying Agriculture Menarik Anak Muda di Bantul Jadi PetaniKepala PLN ULP Bantul, Kemas Ferry Rahman.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara itu, Kepala PLN ULP Bantul, Kemas Ferry Rahman, mengatakan hingga saat ini petani yang memanfaatkan energi listrik di Bantul telah mencapai 1.500 orang. Jumlahnya  terus bertambah karena banyak pengajuan pemasangan jaringan listrik baru untuk pertanian, terutama di wilayah Kretek dan Sanden.

"Kebanyakan petani memanfaatkan sumur pantek, kemudian untuk menaikkan airnya menggunakan pompa air listrik. Sebelumnya kan menggunakan pompa air BBM yang jauh lebih boros biayanya. Namun dengan pompa air listrik biaya operasional biaya ditekan hingga 90 persen," kata dia.‎

Baca Juga: Kementan: Korporasi Petani Memperkuat dan Memandirikan Petani

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya