Sejarah PKBI, Ide Pembatasan Keluarga Dianggap Bung Karno Berbahaya
Kekuatan bangsa diukur dari jumlah penduduk
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) sudah memproyeksi jumlah penduduk Indonesia bertambah pesat pada 2020 ini. Dari hasil penghitungan sensus penduduk pada 2015 yang menghasilkan angka 238.518.000 jiwa diproyeksi akan meningkat menjadi 271.066.000 jiwa pada 2020. Jumlah tersebut akan menempati persebaran wilayah seluas 1,905 juta kilometer persegi ini.
Ketua Pengurus Nasional Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Ichsan Malik pun ingat teori pakar demografi Inggris, Thomas Robert Malthus (1766-1834). Ia dikenal atas esainya yang ditulis dalam An Essay on the Principle of Population (Esai tentang Prinsip Kependudukan) yang diterbitkan 1798. Di sana disebutkan laju pertumbuhan penduduk seperti deret ukur dan laju pertumbuhan pangan seperti deret hitung. Ia meramalkan teori itu kan terjadi pada pertengahan abad 19. Artinya, laju pertumbuhan pangan kalah cepat dengan laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak seimbang.
“Dunia akan kelaparan. Dan rakyat Indonesia pada 1950-an kelaparan,” kata Ichsan.
Rupanya ancaman dari ramalan Robert Malthus itu menjadi salah satu pendorong lahirnya PKBI.
Baca Juga: Jokowi Menunjuk Hasto Sebagai Kepala BKKBN, Ini Alasannya
1. Dilema, pilih negara kuat atau kelaparan
Berdasarkan data United States Cencus Bureau – International Data Base (IDB), jumlah penduduk Indonesia pada 1950 sudah mencapai 82,979 juta. Saat itu, kemerdekaan Indonesia masih berumur belia.
“Gagasan keluarga berencana terbentur dilema,” kata Ichsan.
Satu sisi, pemerintah di bawah pemerintahan Presiden Sukarno tengah dalam tahap berbenah dan membangun.
“Ukuran kuat tidaknya bangsa, salah satunya dinilai dari seberapa banyak jumlah penduduk,” kata Ichsan.
Sisi lain, penduduk waktu itu banyak yang kelaparan.
Baca Juga: Film "Dua Garis Biru" Picu Kontroversi, BKKBN Angkat Bicara