Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Yogyakarta, IDN Times - Damar Madya Prasetya (19) adalah anak seorang montir bengkel yang tinggal di sebuah gang kecil di Mangkuyudan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Namun, hal tersebut tak menyurutkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Pemuda lulusan SMA Negeri 1 Yogyakarta ini berhasil diterima di Program Studi Kedokteran FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan beasiswa penuh.
1. Anak berprestasi meski punya keterbatasan ekonomi
Ayah Damar, Mohammad Sarip (49), sudah puluhan tahun melakoni profesi sebagai montir di bengkel sepeda motor. Penghasilannya tidak besar, tetapi pekerjaan itu membuatnya bisa membiayai kebutuhan sekolah kedua anaknya. Sementara, sang istri, Yayuk Suprihatin (49), adalah ibu rumah tangga.
Meski ekonomi keluarganya terbatas, Damar justru aktif meraih berbagai prestasi di sekolah. Selama di bangku SMP dan SMA, Damar telah meraih berbagai prestasi hingga tingkat nasional, mulai dari lomba menyanyi, macapat (tembang Jawa), hingga Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional. Selain unggul dalam prestasi non-akademik, Damar juga aktif berorganisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua OSIS dan Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas) di sekolah.
2. Bercita-cita menjadi dokter sejak SMP
Damar sendiri sudah bercita-cita kuliah di Program Studi Kedokteran UGM sejak SMP. Keinginannya semakin kuat setiap kali ia mengantar ibunya kontrol kesehatan ke rumah sakit. “Setiap kali kontrol, saya kepikiran, kok hebat ya seorang dokter bisa membantu menyembuhkan keluhan pasien. Mulai dari situ, saya pikir kuliah di kedokteran bagus,” ungkapnya beberapa waktu lalu, dilansir laman resmi UGM.
Jelang kelulusan, Damar mendaftar ke Prodi Kedokteran FK-KMK UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Beruntung, ia diterima di jurusan yang sangat diminati banyak calon mahasiswa tersebut.
Namun, Damar merasa cemas menunggu pengumuman biaya UKT karena kondisi ekonomi keluarganya yang belum mampu memenuhi kebutuhan kuliah. “Kondisi ekonomi masih menengah ke bawah banget. Jadi, belum sepenuhnya bisa menutupi segala keperluan kuliah, apalagi bayar UKT, di kedokteran lagi,” tuturnya.
Baca Juga: Peneliti UGM Temukan Gua Karst dengan Fenomena Unik di Banggai