TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Pengusaha Kafe di Jogja, Banyak Rombongan Jarang Beli

Rugikan pengusaha hingga kurangi jumlah karyawan

ilustrasi kafe (pexels.com/Evgenia Basyrova)

Yogyakarta, IDN Times - Pemilik salah satu kafe di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Agus Arya curhat di media sosialnya, karena banyak Rojali (rombongan jarang beli) datang di kafenya. Rombongan yang didominasi mahasiswa itu tidak hanya sekali dua kali datang tanpa membeli makanan.

Melalui akun Instagramnya Agus Arya curhat, meminta tolong untuk order, karena tidak semua menu mahal. Dia juga menyentil pernah dalam suatu rapat mahasiswa tersebut membahas tentang ekonomi rakyat, namun menurut Agus Arya hal tersebut tidak sejalan dengan sikap para mahasiswa itu sendiri. Pasalnya dari 10-20 orang yang datang, kerap kali hanya sekitar 5 orang yang memesan.

"Yang dibahas masalah ekonomi rakyat, haduh, haduh. Masa iya harus dijelasin. Jadi gini kalau kalian order di kafe tersebut, juga membantu ekonomi rakyat. Biaya operasional akan tercukupi, dan gaji karyawan juga lancar," ungkap Agus Arya melalui akun Instagramnya.

Ia juga mengeluhkan banyaknya sampah yang kerap ditinggalkan mahasiswa. Terlebih sampah yang dibuang mahasiswa tersebut, merupakan makanan dari luar kafe.

1. Fenomena rombongan jarang beli semakin banyak

Saat dikonfirmasi, Agus Arya mengungkapkan fenomena semacam ini sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Namun, bukannya berkurang, justru mahasiswa yang nongkrong tapi jarang beli tersebut semakin banyak.

Bahkan kejadian serupa juga dialami pengusaha lain menurutnya. Menurutnya rombongan yang jarang beli ini tidak hanya merugikan secara finansial, namun kerap kali mereka juga tidak jarang mengganggu operasional kafe. "Sering ngacak-acak tempat, ninggal sampah," ungkap Agus Arya, Rabu (19/6/2024).

Ia sebenarnya sudah sangat memberikan toleransi pada rombongan mahasiswa yang kerap mengadakan rapat atau kumpul di kafe dengan membawa makanan dari luar. Pihaknya juga sempat mengajak berbicara baik-baik dengan perwakilan mahasiswa yang ada, tapi tetap saja tidak berpengaruh.

2. Kerugian dirasakan pengusaha

Akibat kelakuan sejumlah oknum mahasiswa tersebut pengurangan jumlah pegawai pun harus dilakukan. Pasalnya omzet yang dihasilkan tidak sesuai target. "Awal buka karyawan jumlahnya tujuh orang. Makin ke sini makin sulit karena tak sesuai pemasukan," ungkap Agus Arya.

Kerugian lain yang dialami, tidak jarang kursi rusak akibat oknum mahasiswa itu. Kemudian gelas pecah, meja yang baru dicat juga tidak lepas dari sasaran corat-coret. Ia pun berharap kesadaran dari mahasiswa tersebut.

Disebutnya bahwa kejadian serupa tidak hanya dialami dirinya. Banyak pengusaha lain yang mengeluhkan hal serupa. Saat dia mengunggah keluh kesahnya di Instagram, ia mendapat ucapan terima kasih, karena telah mewakili keluh kesah pengusaha lainnya.

Baca Juga: Di Balik Gairah Kafe, Sampah Plastik Membeludak di Yogyakarta

3. Bersiasat agar tidak merugi besar

Agus Arya mengungkapkan untuk mengakali agar tidak terlalu merugi sebenarnya, ia pernah mencoba menawarkan menu kopi dengan bayar seikhlasnya, namun hal tersebut juga tidak pengaruh. Tetap saja ada yang bawa makanan atau minuman dari luar.

"Lebih mirisnya lagi bawa botol dari rumah, lalu ke kasir minta air putih. Kita kasih air mineral (berbayar) enggak mau. Ternyata minta air galon yang gratis," ungkap Agus Arya.

Agar tidak terus merugi, Agus Arya ke depan berencana membatasi akses WiFi. Untuk mengakses WiFi setidaknya ada minimal order. "Terpaksa harus begitu, meski mungkin enggak maksimal juga," ujarnya.

Baca Juga: Kopi dalam Tantangan Hulu ke Hilir dan Ancaman Perubahan Iklim

Berita Terkini Lainnya