TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peringatan 100 Hari Meninggalnya M. Yamin Dihadiri Ratusan Aktivis '98

Fajroel ungkap keresahan M. Yamin sebelum meninggal

IDN Times/Daruwaskita

Yogyakarta, IDN Times - Peringatan 100 hari meninggalnya Ketua Umum Sekretariat Nasional Jokowi yang juga Wakil Direktur Relawan di Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Muhammad Yamin dihadiri oleh ratusan mantan aktivis 1998. Acara itu diadakan di Rumah Gerakan RODE, Gang Rode 610, Jalan Sultan Agung, Kota Yogyakarta, Minggu (30/6).

Dalam acara tersebut, diluncurkan pula buku bertajuk "Bergerak Sampai Akhir" Mengenang Muhammad Yamin 1965-2019 yang berisi kesaksian para mantan aktivis yang menjadi teman seperjuangan M. Yamin.

Baca Juga: KontraS: Tak Ada Upaya Presiden Mengusut Kasus Mei 1998

1. Fadjroel ungkap ketakutan almarhum M Yamin

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Dalam testimoni di hadapan ratusan mantan aktivis pro demokrasi 1998, salah satu aktivis 1998 sekaligus pengamat politik Mochamad Fadjroel Rachman menceritakan pertemuan terakhirnya dengan almarhum M. Yamin pada tanggal 5 Maret 2019 yang lalu.

Saat itu, Yamin yang menjabat sebagai Ketua Umum Seknas Jokowi mengungkapkan ketakutannya terhadap Presiden Jokowi yang tidak akan terpilih kembali menjadi presiden karena politik identitas yang terus dimainkan oleh kubu 02.

"Iya mendiang bercerita kepada saya takut jika Jokowi tidak terpilih lagi akibat politik identitas padahal saya tahu sendiri sosok M. Yamin selalu bergerak dalam politik kebangsaan (merah putih)," katanya.

Dalam pertemuan di Sentul Bogor itu, Fajroel juga mengingat bagaimana mendiang M Yamin juga bercerita tentang bagaimana meredam sepak terjang Rocky Gerung yang selalu mendapatkan pentas atau panggung politik untuk kampanye kubu 02.

"Saya cuma jawab begini kepada mendiang, sudah biarin aja, mungkin Rocky Gerung sekarang baru tidak punya pacar banyak jadi bicara terus. Besuk kalau sudah banyak pacarnya kan diam sendiri. Nah sekarang diam kan? Panggungnya sudah runtuh," ujar Fadjroel sambil tersenyum.

2. Rumah RODE tempat pembaptisan para aktivis‎

IDN Times/Daruwaskita

Fadjroel juga masih sangat teringat dan terkenang ketika mendiang M Yamin memakaikan topi bertuliskan RODE di kepalanya kemudian foto bersama.

"Kalau bicara RODE maka saya teringat rumah RODE yang merupakan tempat pembaptisan para aktivis pada era 80-an dan 90-an sehingga ketika belum ke rumah RODE maka belum layak disebut aktivis pada zaman itu," ungkapnya.

Dalam buku "Bergerak Sampai Akhir" Mengenang Muhammad Yamin 1965-2019, puluhan aktivis pro demokrasi angkatan 1980-an dan 1990-an memberikan testimoni terkait rekam jejak M Yamin bagi tumbuh kembang demokrasi di Indonesia yang diawali dengan perlawanan mahasiswa terhadap rezim otoriter Soeharto dari Yogyakarta dan menyebar ke seluruh Indonesia.

3. Sosok mendiang M Yamin bukan sekadar pejuang demokrasi

IDN Times/Daruwaskita

Komisioner Komnas HAM periode 2007-2012 Ifdhal Kasim juga memberikan kesaksian tentang M. Yamin yang sering mengajak untuk melakukan pertemuan dengan kelompok-kelompok mahasiswa di luar UII seperti di UGM. Untuk sampai ke UGM pun kala itu harus mengelabui kondektur agar tidak membayar ongkos karena tidak punya uang.

"Dan kita itu datang ke kampus lain ada misi lainnya yaitu mencari pacar karena kita tidak laku di kampus UII," kenang Ifdhal Kasim sambil tersenyum.

Ifdhal mengaku hanya memberikan beberapa lembar testimoni yang dimuat dalam buku "Bergerak Sampai Akhir". Masih ada beberapa lembar yang sengaja tidak dia berikan namun akan dia ungkapkan sendiri pada waktunya.

"Bagi saya sosok mendiang M Yamin itu bukan sekadar sosok yang berjuang untuk tegaknya demokrasi di Indonesia namun sebuah sosok yang lebih dari itu. Jadi ketika ketemu saya itu yang ditanyakan justru kabar anak-anak, bahkan menyebut nama anak saya satu persatu. Beliau sangat hafal meski jarang bertemu dengan anak saya. Itu yang sangat mengenang bagi saya," ujar Ifdal sambil terbata-bata.

4. Tak semua mantan aktivis 1998 sempat memberikan kesaksian

Almarhum M Yamin (kanan) | Facebook.com/supriyanto antok saja

Ketua Panitia "Mengenang 100 Hari Kepergian M Yamin dan peluncuran buku "Bergerak Sampai Akhir" Mengenang Muhmmad Yamin 1965-2019, Supriyanto Antok mengatakan tidak semua para mantan aktivis 1998 yang dapat memberikan kesaksian tentang rekam jejak mendiang M Yamin karena keterbatasan waktu dalam mengumpulkan testimoni dan juga tenggat buku harus diterbitkan.

"Namun bisa dibaca dalam testimoni yang ada di buku tersebut bagaimana sosok M Yamin yang berjuang melawan Orde Baru dari kampus-kampus di Yogyakarta hingga meluas ke seluruh Indonesia. Bagaimana kedekatan mendiang dengan Almarhum Taufik Kiemas namun dia tidak canggung bergaul dengan masyarakat bawah, dengan mahasiswa bahkan dengan relawan yang tidak sejalan dengan almarhum," ungkapnya.

Baca Juga: Apa yang Terjadi pada Reformasi 21 Mei 1998? Ini 10 Fakta Sejarahnya!

Berita Terkini Lainnya