Aksi Gejayan Memanggil Pasang Spanduk Raksasa Nawa Bencana Jokowi

Singgung food estate hingga IKN

Sleman, IDN Times - Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan menggelar aksi 'Gejayan Kembali Memanggil' di Pertigaan Gejayan, Jalan Colombo, Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY, Sabtu (16/12/2023) sore.

Aksi yang diikuti ratusan peserta ini diwarnai pemasangan tiga buah spanduk raksasa. Salah satunya tentang 'Nawa Bencana Jokowi'.

1. Long march, orasi dan pasang spanduk Nawa Bencana Jokowi

Aksi Gejayan Memanggil Pasang Spanduk Raksasa Nawa Bencana JokowiAksi 'Gejayan Kembali Memanggil' di Pertigaan Gejayan, Sleman, DIY, Sabtu (16/12/2023). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Massa memulai aksi dengan melakukan long march dari bundaran UGM dan baru tiba di Pertigaan Gejayan sekitar pukul 14.20 WIB. Sepanjang perjalanan, massa memekikkan sederet keresahan yang sebagian mereka tengarai sebagai ulah rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi). Massa kemudian tiba di Pertigaan Gejayan dan membentuk lingkaran mengelilingi mobil komando tempat orator yang bergantian menyampaikan orasinya.

Di saat bersamaan, tiga buah spanduk raksasa dipasang di sebelah timur Pertigaan Gejayan. Spanduk pertama adalah soal aksi mereka yang bertajuk 'Gejayan Kembali Memanggil'. Spanduk kedua dipenuhi lukisan macam siluet Presiden Jokowi, ilustrasi biaya pendidikan mahal, Undang-undang Cipta Kerja, kriminalisasi, represivitas aparat, hingga sosok mendiang Munir Said Thalib.

Spanduk ketiga mencantumkan isi 'Nawa Bencana Jokowi', meliputi memerosotkan demokrasi, melanggengkan represi; merawat nepotisme, menerabas konstitusi; menghancurkan bumi, melestarikan eksploitasi. Kemudian merusak Indonesia dari pinggiran; disfungsi pemberantasan korupsi; biaya pendidikan naik, rakyat tercekik.

Selanjutnya dalam spanduk Nawa Bencana Jokowi berbunyi kerja, kerja, kerja, dikerjain!; PSN: Proyek Sengsara Nasional; dan terakhir Food Estate: menyongsong katastrofi pangan. 

Beberapa peserta juga terlihat membawa poster bertuliskan penolakan atas omnibus law serta tuntutan untuk membebaskan Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti dari kasus yang menjerat keduanya.

2. Singgung insiden demo Malioboro hingga kasus Firli Bahuri

Aksi Gejayan Memanggil Pasang Spanduk Raksasa Nawa Bencana JokowiSpanduk Nawa Bencana Jokowi dalam aksi 'Gejayan Kembali Memanggil' di Pertigaan Gejayan, Sleman, DIY, Sabtu (16/12/2023). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Dalam orasinya, salah satu orator menjabarkan poin-poin dalam Nawa Bencana Jokowi. Mereka menyinggung insiden bentrok antara aparat dan demonstran yang menolak pengesahan RUU KUHP di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, tahun 2020 silam. Orator menilai saat itu telah terjadi tindak represif oleh aparat kepada demonstran.

"Kepolisian ini adalah salah satu aktor di balik rezim Jokowi yang memukuli kita di Malioboro tahun 2020," kata sang orator.

Orator turut menyuarakan soal kasus meninggalnya lima orang demonstran saat aksi menolak pengesahan KUHP di berbagai daerah pada 2019. Massa melihat peristiwa ini sebagai tindakan represif aparat.

"Semua menteri udah kaya burung, berkicau, indeks demokrasi kita baik. Eh, bapak pernah gak dipukulin di Malioboro. Sama siapa? Sama pemberangus demokrasi," tegas orator.

Orator kemudian juga menyinggung tingkah lain dari aparat pada rezim Jokowi, macam kasus pembunuhan berencana oleh eks Kadiv Propam Ferdy Sambo serta Mantan Kapolda Sumbar yang divonus bersalah dalam kasus narkoba.

"Kasus (dugaan pemerasan) Firli Bahuri, KPK dari kepolisian yang diajukan oleh rezim Jokowi jadi koruptor," lanjut orator.

Baca Juga: Jokowi Dapat Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan dari BEM

3. Bau anyir putusan MK dan Proyek Sengsara Nasional

Aksi Gejayan Memanggil Pasang Spanduk Raksasa Nawa Bencana JokowiSpanduk Nawa Bencana Jokowi dalam aksi 'Gejayan Kembali Memanggil' di Pertigaan Gejayan, Sleman, DIY, Sabtu (16/12/2023). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Orator juga menyuarakan soal rezim yang merawat nepotisme dan menerabas konstitusi. Mereka menyoroti Putusan MK yang menjadi lampu hijau bagi putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres di Pilpres 2024.

Mereka menganggap mantan Ketua MK Anwar Usman sebagai antek Jokowi. Keduanya dianggap telah mempertontonkan upaya melanggengkan dinasti politik secara vulgar.

"Ini seperti politik yang berbau porno, setelanjang itu masyarakat sudah mengetahui bahwa Anwar Usman adalah antek Jokowi," pekik orator.

Kemudian, orator menyinggung soal program food estate yang dilabeli sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Di setiap proyek strategi nasional, cek di sana kita rakyat selalu menjadi korban," ujarnya.

Lebih jauh, orator juga mengkritik proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang mengatasnamakan kepentingan rakyat. 

"IKN bukan kepentingan rakyat, tapi kepentingan oligarki," katanya.

"Hanya ada satu kata, lawan!" pekik orator diikuti massa aksi lainnya.

Aksi baru berakhir menjelang waktu maghrib. Unjuk rasa berlangsung kondusif dengan penjagaan polisi yang turut mengatur jalannya lalu lintas.

Baca Juga: Baliho Jokowi Nominasi Alumnus UGM Paling Membanggakan Dipasang di UGM

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya