FFPM 2023 Cari Solusi Sumber Energi Ramah Lingkungan Berkelanjutan

DIY lakukan langkah wujudkan energi ramah lingkungan

Sleman, IDN Times - Penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan terus didorong sebagai upaya mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. 

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyebut energi berkelanjutan adalah konsep penting yang harus menjadi pilar utama dalam pengelolaan sumber daya energi. Konsep ini menyuarakan perlunya menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi saat ini dengan perlindungan lingkungan dan kesinambungan bagi generasi yang akan datang.

"Dalam konteks produksi minyak dan gas bumi, perlu adanya transformasi menuju praktik yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan,” ungkap Sultan pada agenda pembukaan Forum Fasilitasi Produksi Migas (FFPM) Indonesia, di Hotel Marriot Yogyakarta pada Selasa (29/8/2023).

1. Berbagai upaya dilakukan DIY wujudkan energi berkelanjutan

FFPM 2023 Cari Solusi Sumber Energi Ramah Lingkungan BerkelanjutanForum Fasilitasi Produksi Migas (FFPM) Indonesia, di Hotel Marriot pada Selasa (29/8/2023). (Dok. Istimewa)

FFPM diselenggarakan pada 29-31 Agustus 2023 di Yogyakarta Marriott Hotel. FFPM 2023 mengangkat tema 'Towards a Sustainable Future: Designing, Executing, and Maintaining Safe and Reliable Facilities in the Energy Transition'.

Sultan menjelaskan bahwa DIY telah mengembangkan berbagai inisiatif serta mengaplikasikan energi berkelanjutan. Pasar Buah Gamping sejak lima tahun yang lalu telah memanfaatkan sampah buah busuk menjadi energi listrik dengan teknologi yang diadopsi dari Swedia.

Pemerintah pusat juga mendirikan Baron Technopark di Kabupaten Gunungkidul, sebagai pusat penelitian pemanfaatan energi terbarukan, khususnya pemanfaatan angin dan matahari sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Kemudian, belum lama ini, Pemda DIY meresmikan pemanfaatan energi matahari dalam upaya mengatasi kebutuhan air warga Gunungkidul, disebut sebagai Sistem Pompa Air Tenaga Surya (SPATS).

2. Masa transisi perubahan energi

FFPM 2023 Cari Solusi Sumber Energi Ramah Lingkungan BerkelanjutanDeputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Wahju Wibowo Djasmari. (Dok. Istimewa_

Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Wahju Wibowo Djasmari, menekankan relevansi tema dalam FFPM 2023 dalam konteks perubahan tatanan industri di Indonesia selama masa transisi energi. Industri termasuk industri hulu Migas dan hilir harus berupaya mengurangi emisi guna mendukung komitmen pemerintah mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.

“Hal-hal yang perlu kita sadari adalah di tengah masa transisi ini kita tidak boleh melupakan aspek ketahanan energi demi kedaulatan dan kemajuan negara. Dalam konteks ini industri sangat berperan untuk menjembatani transisi energi tersebut," ujar Wahju.

"Lebih dari itu industri migas masih menjadi kunci penyediaan energi bagi transisi masa depan Indonesia. Adaptasi dan perubahan, kegiatan operasi migas dengan emisi minimum memberikan peluang dan tantangan yang harus dihadapi dengan strategi. Forum ini bisa memunculkan inovasi-inovasi baru sehingga lapangan-lapangan yang sudah tua bisa ditingkatkan reabilitasnya,” imbuhnya.

Baca Juga: Seminar JIBB 2023 Dorong Batik Melintasi Sekat Ruang dan Waktu

3. Tantangan dalam transisi energi

FFPM 2023 Cari Solusi Sumber Energi Ramah Lingkungan BerkelanjutanForum Fasilitasi Produksi Migas (FFPM) Indonesia, di Hotel Marriot pada Selasa (29/8/2023). (Dok. Istimewa)

Tema FFPM 2023 juga sejalan dengan tuntutan global dalam melaksanakan transisi energi yang berorientasi pada bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Terkait hal itu, pemerintah, badan usaha, dan perusahaan dihadapkan pada tantangan yang disebut dengan Konsep Trilemma Energi. Terdiri dari tiga indikator pokok, yaitu keamanan energi (energy security), ekuitas energi (energy equity), dan keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability).

Energy security berkaitan dengan bagaimana kita memenuhi kebutuhan energi nasional. Energy equity bagaimana dalam menjalankan bisnis investasi yang dikeluarkan harus optimal, serta tidak kalah penting dalam menjaga daya beli masyarakat melalui produk yang affordable yang ketiga, enviromental sustainability," ungkap Ketua Ikatan Ahli Fasilitasi Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), Taufik Adityawarman.

"Ketiga aspek tersebut memiliki fokus yang berbeda sebagai para praktisi pelaku bisnis dan pemangku kepentingan untuk dapat bersama-sama menemukan titik keseimbangan sehingga tujuan bersama dapat tercapai secara optimal dan dapat tercipta bisnis Migas yang berkelanjutan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan zero emission,” tambahnya.

FFPM 2023 diharapkan menjadi wadah kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat untuk merumuskan langkah-langkah nyata menuju energi berkelanjutan. Acara berlangsung selama 3 hari dengan menghadirkan beragam narasumber dan praktisi, terutama yang berfokus pada fasilitas produksi Migas.

Selain itu, acara ini juga menampilkan Inovation Award untuk pertama kalinya, yang diharapkan akan memberikan wawasan baru dan semangat baru dalam mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060.

Baca Juga: Ojek Online di DIY Minta Perlindungan Sri Sultan Soal Tarif  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya