Masyarakat Belum Kebal, Hoaks di Tahun Politik Perlu Diwaspadai
Pakar UGM ajak masyarakat aktif melakukan fact-checking
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Pakar Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainuddin Muda Z, menyebut indeks literasi digital Indonesia masih belum berbanding lurus dengan kekebalan terhadap hoaks. Hal tersebut semakin mengkhawatirkan saat masuk tahun politik.
Menurut pria yang akrab disapa Zam itu, konten-konten hoaks di media sosial itu banyak yang dianggap sebagai pemberitaan resmi.
"Itu implikasi yang buruk, dan membuat orang-orang sebagian besar memandang remeh pemberitaan dari jurnalisme profesional saat ini. Apalagi kalau sudah masuk dalam ranah kontestasi Pemilu, itu luar biasa. Ada ujaran kebencian, provokasi, hingga menyebabkan polarisasi,” ungkap Dosen Ilmu Komunikasi UGM itu dalam keterangan pers, Rabu (13/9/2023).
1. Era serba digital juga menjadi tantangan mencegah hoaks
Persebaran hoaks juga tidak hanya disebabkan karena kemampuan masyarakat yang rendah untuk mendeteksi sebuah informasi. Kebingungan untuk mencari sumber yang kredibel juga menjadi faktor utama. Era serba digital yang diikuti dengan kebebasan berbicara membuat informasi mengalir cepat dan saling tumpang tindih, sehingga masyarakat cenderung terpapar oleh informasi yang paling cepat, bukan paling tepat.
Bahkan banyak konten media sosial yang mengadaptasi informasi dari media jurnalisme, namun dengan mengganti informasi yang sebenarnya. Hal ini juga didukung oleh kebiasaan digital masyarakat yang lebih banyak berselancar di media sosial tanpa kemampuan untuk membedakan informasi yang benar dan tidak.
“Berdasarkan data yang ada, aktivitas terbanyak di platform digital Indonesia saat ini adalah menonton YouTube. Sedangkan untuk mengecek laman pemberitaan itu tetap berada di nomor kesekian. Sekarang media sosial yang meroket naik itu Tiktok. Dan sangat potensial menjadi sarang hoaks, sejumlah riset sudah membuktikan. Bahkan sekarang informasi itu berjalan berdasarkan tren, jadi platform pemberitaan juga mengikuti topik yang viral itu seperti apa,” ujar Zam.
Baca Juga: Alumni Pers Mahasiswa Indonesia Keluarkan 5 Rekomendasi
Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Media Dituntut Jadi Pemadam Hoaks