TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Majalah Bekas Jadi Ide Wildan Memulai Bisnis Baju Muslim 

Sinergi dengan JNE untuk mendukung penjualan

Owner Fadkhera, Wildan Salim (Istimewa/Fadkhera).

Yogyakarta, IDN Times - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Seperti halnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang tumbuh dari sektor UMKM.

Banyak produk yang lahir dari tangan kreatif masyarakat DIY. Salah satunya produk fesyen muslim pria dengan gaya modern yang dibuat oleh Wildan Salim yang dikenal dengan merek Fadkhera. Berbasis di Giwangan, Yogyakarta, Wildan merintis Fadkhera sejak tahun 2015.

Wildan mengaku sebenarnya tidak memiliki bekal pendidikan formal dalam bidang bisnis. Saat menempuh pendidikan Teknik Mesin di Universitas Gadjah Mada (UGM), ia mengaku sudah tertarik pada dunia bisnis, bahkan sempat berjualan nasi kotak.

"Pernah jualan nasi kotak saat kuliah, saat event gitu. Dari situ mulai tertarik untuk berbisnis. Kok omzetnya naik dari waktu ke waktu, walaupun saat itu baru paham soal kulit luarnya untuk bisnis," ucap Wildan, Selasa (4/4/2023).

Baca Juga: Nasib Nelayan Bantul Berpacu dengan Alam, Susah Payah Cari Cuan    

Baca Juga: Produksi Amplop Lucu, Ry Production Berdayakan Ibu Rumah Tangga  

Fadkhera terinspirasi dari sebuah majalah bekas

Salah seorang model mengenakan produk dari Fadkhera. (Istimewa/Fadkhera).

Wildan berkisah awal Fadkhera hingga saat ini dimulai 2015 hingga 2017, menjadi tahun awal bisnis Fadkhera mulai dirintis. Wildan menceritakan ide awal dirinya membangun bisnis tidak lepas dari sebuah majalah bisnis bekas. Ia memang memiliki kegemaran membaca majalah bisnis.

Dari majalah bekas yang diperoleh dari toko langganannya itu, berisi berbagai tips dan tulisan mengenai bisnis secara umum, profil sebuah perusahaan, hingga data dan proyeksi seputar bisnis. Saat itu, ia mendapat sebuah majalah terbitan bulan Agustus 2014 yang mengupas proyeksi market muslim, lebih khusus tentang middle class muslim.

Salah satu tulisan mengupas mengenai market middle class muslim, produk apa yang akan booming. Wildan terinspirasi bagaimana mengembangkan bisnis pakaian muslim, khususnya untuk pria. Di tahun tersebut kebanyakan baju muslim pria masih monoton, dan kaku.

"Monoton karena gitu-gitu saja desainnya dan berulang setiap tahun, yaitu ada kantong dua di depan, kemudian belahan di bawah, model lurus, bordir warna mencolok. Bahannya kaku, tidak bisa dipakai di berbagai acara. Ya sekedar ke masjid, salat, perayaan agama selesai. Habis itu pakai baju umumnya lagi," ujar Wildan.

Akhirnya, Wildan melihat celah dan prospek market muslim lebih modern. Ia mulai membuat baju muslim dengan gaya modern, melawan mainstream baju muslim saat itu. "Jadi Fadkhera bisa dipakai sehari-hari gitu. Untuk kuliah, ngantor, dan aktivitas lainnya, dengan model modern," tutur Wildan.

Pengembangan bisnis Fadkhera hingga tantangan pandemik Covid-19

Karyawan Fadkhera melakukan pengemasan barang. (Istimewa/Fadkhera).

Memasuki tahun keempat dan kelima menjadi langkah baru Fadkhera. Bisnis ini mulai membangun kemitraan atau keagenan. Sayap Fadkhera pun semakin lebar di berbagai daerah di Indonesia.

"Jadi sejak tahun 2018 itu kita jualan dengan sistem keagenan. Agen kita tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari Aceh sampai Papua InsyaAllah sudah ada agennya," ujar Wildan.

Dari sistem keagenan tersebut pasar lebih luas semakin bisa dijangkau, dan mengenalkan Fadkhera hingga di berbagai daerah. Perjalanan delapan tahun hingga saat ini, bukan waktu yang singkat. Berbagai peluang dan tantangan muncul mewarnai jalan Fadkhera. Salah satu tantangan yang tidak bisa dihindari yaitu pandemik Covid-19. Beruntung Wildan dan Fadkhera mampu bertahan

Saat pandemik mulai mereda yaitu di akhir tahun 2022, dimanfaatkan oleh Wildan bersama timnya untuk kembali mengembangkan bisnis Fadkhera. Dari yang awalnya fokus pada pakaian koko modern, merambah lebih banyak produk muslim lainnya. Inovasi dan pengembangan bisnis diikuti dengan jumlah pekerja yang bertambah. Jumlah sumber daya manusia terus bertambah, dari awalnya 10 orang menjadi 25 orang.

Di tahun 2023 meski banyak prediksi mengenai resesi, Wildan tetap optimis Fadkhera dapat tumbuh. "Di tahun 2023, meski ada yang menyebut ancaman resesi, kami yakin mampu bertahan dan tumbuh. Terlebih UMKM dengan sistem penjualan online saat ini juga lebih bisa stabil," ucap Wildan.

Wildan memiliki keinginan Fadkhera tidak hanya sekedar berjalan sebagai sebuah bisnis yang mencari keuntungan semata. Namun memberi dampak positif kepada masyarakat. Selain membuka lapangan pekerjaan lebih luas lagi ia ingin membuka yayasan atau tempat pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.

"Kami di Fadkhera ingin berperan dalam dakwah Islam, dan pendidikan secara global khususnya untuk anak berkebutuhan khusus. Ini tidak lepas karena anak saya juga berkebutuhan khusus, jadi saya ingin membantu yang lain juga," ungkap Wildan.

Baca Juga: Banjir Cuan, Berikut 5 Ide Bisnis di Bulan Ramadan  

Sinergi Fadkhera dengan JNE dan harapan ke depan

Aktivitas pekerja JNE. (Istimewa/JNE).

Penjualan secara daring dengan memanfaatkan jasa ekspedisi memang telah dipikirkan oleh Wildan sejak awal merintis bisnis. Menurutnya mengantarkan barang kepada konsumen langsung melalui jasa ekspedisi memberi kemudahan. Hal tersebut menjadi sangat penting untuk bertahan. Wildan menyebut memanfaatkan jasa dari JNE, membantu menopang bisnisnya selama ini.

"Bisa dibilang JNE bagian yang tidak terpisahkan sejak awal dengan Fadkhera. Terlebih menjalankan bisnis secara online, sehingga jasa pengiriman seperti JNE ini sangat penting," ujar Wildan.

Wildan menyebut berbagai layanan JNE membantu memudahkan bisnis miliknya. Salah satunya adalah JNE Trucking yang memberi kemudahan untuk mengirimkan produk Fadkhera ke agen mereka yang jumlahnya ratusan dan tersebar di seluruh Indonesia.

"JNE bisa menjawab perkembangan zaman, dan teknologi, terlebih setahu saya JNE ini memang lahir dari anak bangsa," kata Wildan.

Kontribusi JNE untuk UMKM selama puluhan tahun

Aktivitas pekerja JNE. (Istimewa/JNE).

Selama 32 tahun JNE tidak terpisahkan dengan geliat UMKM. Perkembangan bisnis online sejak 2010 dan di saat pandemik Covid-19, JNE terus memberikan kontribusi, mendukung kelancaran bisnis UMKM, membantu mengantarkan produk kepada pelanggan, sesuai tagline mereka connecting happiness.

 "Pada saat awal pandemik, JNE memberikan diskon ongkos kirim hingga 50 persen untuk masker dan alat pelindung diri (APD) sebagai bentuk support pada UMKM yang banyak bermanuver dari bisnis lama menjadi bisnis masker dan APD," kata Kepala Cabang JNE Yogyakarta, Adi Subagyo. 

Selain itu, layanan Cash On Delivery (COD) yang dapat dimanfaatkan baik seller maupun buyer. Layanan JTR (JNE Trucking) layanan khusus untuk kiriman dengan volume besar di atas 10 kg. Ada juga Fulfillment Center, layanan yang mencakup serangkaian proses pemenuhan pesanan produk dari para pelanggan. Proses fulfillment ini bisa dimulai dari penerimaan pemesanan hingga pengiriman produk sampai ke alamat penerimanya. 

"Ada layanan pick up 24 jam, layanan instan kurir ROKET dengan estimasi waktu pengantaran poin to poin maksimal 1 jam. Sistem live tracking untuk melacak posisi paket dan multi drop untuk satu kali order ke 5 titik pengantaran," ujar Adi.  

Baca Juga: Rumah Dongeng Mentari, Upaya Melestarikan Budaya Tutur

Berita Terkini Lainnya