Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Fakta Udan Tekek, Hujan yang Turun di Tengah Terik Matahari

ilustrasi hujan (unsplash.com/@joshwilburne)

Buat kamu yang tinggal di Jogja atau di kawasan Jawa Tengah, pasti pernah mendengar soal udan tekek atau hujan tokek. Beberapa daerah juga menyebutnya udan kethek (hujan monyet).

Hujan tekek adalah keadaan turunnya air hujan di tengah teriknya matahari. Ada mitos yang berkembang di masyarakat bahwa jika muncul hujan tekek, maka akan ada orang mati yang hidup kembali!

Padahal, ada loh penjelasan ilmiah soal hujan tekek ini. Yaitu hujan zenithal atau hujan konveksi yang umum terjadi di daerah tropis seperti Indonesia. Yuk, simak penjelasan singkat soal udan tekek di bawah ini biar gak termakan mitos lagi!

1. Hanya terjadi saat siang dan di kawasan tropis

ilustrasi hujan (unsplash.com/@jingjiewong)

Tahukah kamu kalau hujan zenithal hanya terjadi pada siang hari? Ya, makanya banyak yang juga menyebutnya dengan hujan tengah hari. Hujan zenithal juga disebut dengan hujan ekuatorial karena terjadi di daerah tropis. 

Daerah tropis yaitu daerah yang mempunyai iklim tropis atau dilalui oleh garis khatulistiwa. Letak astronomis daerah tropis yaitu di antara 23,5 derajat Lintang Utara sampai 23,5 derajat Lintang Selatan. 

2. Memiliki karakteristik yang unik

ilustrasi hujan (unsplash.com/@anjimenon)

Setiap hujan memiliki karakteristik yang unik, begitu juga dengan hujan zenithal. Berikut ini adalah ragam karakter hujan zenithal dan tidak dimiliki oleh jenis hujan lainnya: 

  • Sering terjadi saat siang hari dan saat matahari sedang bersinar terik
  • Hanya terjadi di sebuah kawasan atau wilayah yang kecil
  • Ditandai dengan mendung yang gelap
  • Hujan yang turun kadang seperti gerimis tapi juga bisa lebat
  • Banyak disertai guruh atau geledek
  • Umumnya hanya terjadi dua kali dalam waktu setahun

3. Sering terjadi penguapan menyebabkan wilayah tropis mudah terjadi hujan zenithal

ilustrasi hujan (unsplash.com/@knaknak69)

Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya hujan zenithal, yaitu cuaca, sinar matahari, dan letak sumber-sumber air di daratan. Dan siklus terjadinya hujan tekek ini dimulai dari pemanasan yang dilakukan oleh matahari sehingga sumber air yang ada seperti laut, danau, dan lain sebagainya mengalami penguapan. 

Tak hanya penguapan, udara juga mengalami pengembangan yang naik ke atas secara vertikal bersama uap air. Proses terjadinya sangat cepat dan setelah sampai di atas uap air menjadi dingin dan mengalami proses pengembunan. Baru setelah itu terjadi hujan zenithal. 

Hanya wilayah tropis saja yang mengalaminya hujan tersebut. Hal ini karena wilayah tropis seperti Indonesia lah yang paling banyak terkena sinar matahari yang menyebabkan dengan mudahnya terjadi pengembunan.

4. Memiliki manfaat untuk banyak orang

ilustrasi hujan (unsplash.com/@fredmarriage)

Turunnya hujan zenithal yang sering tak bisa diperkirakan, jadi mendatangkan manfaat dan kerugian tersendiri bagi masyarakat. Untuk manfaat hujan zenithal yaitu: 

  • Membuat udara yang semula panas jadi lebih sejuk
  • Mengurangi polusi udara
  • Menyuburkan tanah dan tanaman
  • Menambah volume di penampungan air

Sementara kerugian akibat hujan zenithal, adalah: 

  • Mengurangi aktivitas manusia
  • Bisa mengakibatkan gangguan listrik
  • Menimbulkan genangan di jalanan

Bagaimana, sekarang sudah tahu 'kan apa itu hujan tekek dan apa alasan ilmiah di balik terjadinya fenomena alam ini? Jadi, gak perlu takut lagi dengan mitos yang sering kamu dengar tersebut. Enjoy main air!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us