Sejarah Jalur Kereta Api Yogyakarta-Palbapang, Dulu Berjaya Kini Tiada

Pernah jadi stasiun besar sebelum alih fungsi jadi terminal

Kereta api menjadi transportasi andalan pada zaman dulu di mana kendaraan bermotor masih jarang dimiliki. Bukan hanya sebagai kendaraan yang mengangkut manusia, tapi juga angkutan bagi hasil pertanian dan perkebunan.

Mengutip laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY), jalur kereta pertama yang dibangun adalah Semarang–Kedungjati pada 1871, lalu jalur Batavia – Buitenzorg tahun 1873, dan jalur Surabaya–Batavia pada tahun 1878. Sementara jalur kereta api di Yogyakarta dibangun setelah banyaknya bermunculan pabrik gula di dalamnya sehingga membutuhkan angkutan yang bisa mendukung komoditas ekspor.

Termasuk rute kereta jalur selatan yang kini sudah tak aktif lagi, yakni Yogyakarta-Palbapang. Meski begitu, sejarah dari jalur kereta tersebut masih bisa dikulik bersama.

1. Pembangunan jalur kereta sebagai penunjang ekspor

Sejarah Jalur Kereta Api Yogyakarta-Palbapang, Dulu Berjaya Kini TiadaKereta api dekat pabrik gula di Bantul (Dok. KITLV)

Pembangunan jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang tak lepas dari potensi tanah yang berada di kawasan Bantul. Potensi tanah di Bantul yang dekat pantai dengan tingkat produktifitas tinggi, cocok untuk ditanami padi dan tebu.

Menurut laman BPCB DIY, setidaknya ada empat pabrik gula yang berdiri di Kabupaten Bantul, tepatnya di Bantul, Gesikan, Pundong dan Gondang Lipuro. Karenanya banyak pengusaha swasta yang mengajukan konsesi pembangunan jalur trem berdasarkan GB No. 9 tahun 1893 untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun.

Lantas dibangun jalur Jogja–Srandakan yang mulai beroperasi pada tahun 1895 dan jalur kedua Srandakan–Brosot pada 1915. Tak sampai di situ, dilanjutkan dengan pembangunan arah Sewugalur tahun 1916.

2. Ramai dengan kemunculan stasiun dan rumah dinas

Sejarah Jalur Kereta Api Yogyakarta-Palbapang, Dulu Berjaya Kini TiadaStasiun Palbapang (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang dioperasikan oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) atau yang kini dikenal dengan nama PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kereta yang digunakan pada saat itu adalah kereta api uap berbahan dasar batu bara dan kayu jati.

Panjangnya jalur yang dibangun kemudian turut memunculkan stasiun-stasiun kecil seperti Stasiun Ngabean, Dongkelan, Winongo, Cepit, Bantul dan Paalbapang. Stasiun Palbapang sendiri berlokasi di Dusun Karasan, Desa Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul dan dulunya tidak hanya sebagai tempat pengangkutan barang, tapi juga naik-turun penumpang.

Baca Juga: Sejarah Stasiun Tugu Yogyakarta Salah Satu Stasiun Tercantik Indonesia

3. Krisis dunia yang mematikan jalur kereta Yogyakarta-Palbapang

Sejarah Jalur Kereta Api Yogyakarta-Palbapang, Dulu Berjaya Kini TiadaIlustrasi pemudik di Terminal Palbapang (IDN Times/Daruwaskita)

Stasiun Palbapang dibangun bersamaan dengan Stasiun Ngabean, tepatnya pada tahun 1895. Selain membangun stasiun, juga dibangun rumah-rumah dinas bagi pengelola stasiun.

Sayangnya, baik jalur atau stasiun Palbapang tidak berumur panjang. Dilansir laman Jogjacagar Dinas Kebudayaan DIY, krisis Malaise yang terjadi tahun 1931-1935 memukul pabrik gula Sewu Galur dan Pundong hingga akhirnya gulung tikar. Hal ini menyebabkan Stasiun Palbapang menjadi kian sepi pengiriman.

Ditambah, pada tahun 1943 di mana Jepang menduduki Indonesia, banyak jalur kereta api di Pulau Jawa yang dimatikan, termasuk adanya pembongkaran rel KA jalur Palbapang–Sewugalur sepanjang 15 km. Hal ini kemudian berimbas pada matinya Stasiun Palbapang. Namun, saat itu rumah dinas yang berada di sekitar stasiun masih digunakan sebagai rumah hunian keluarga pensiunan PT KAI.

Pada tahun 1954 Stasiun Palbapang kembali diaktifkan meski tak lagi sampai Stasiun Brosot sampai tahun 1975. Gedung eks Stasiun Palbapang sempat berganti-ganti fungsi, mulai dari Kantor Markas Legiun Veteran Kabupaten Bantul dan pada 20 Juli 1990, wilayah Stasiun Palbapang digunakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sebagai terminal bus dengan rute antar kota dan provinsi.

Stasiun Palbapang termasuk stasiun besar dengan emplasemen luas dan sarana rel kereta api yang kompleks. Fasilitasnya pun lengkap, mulai dari toilet, ruangan kepala stasiun, sampai dengan gudang yang masih berfungsi sampai saat ini. Berbeda dengan jalur kereta api yang banyak tertutup aspal, jadi bagian dari halaman rumah warga, hingga trotoar.

Baca Juga: Sejarah Balai Yasa Pengok Yogyakarta, Bengkel Kereta Api Tertua

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya