Sejarah Dr. Yap Rumah Sakit Mata di Jogja Beroperasi Sejak Tahun 1922

Sejak awal dikhususkan untuk pengobatan kesehatan mata

Di kawasan Terban, tepatnya di Jalan Cik Di Tiro Nomor 5, Kota Yogyakarta, terdapat sebuah bangunan bergaya Belanda yang dikenal sebagai Rumah Sakit Mata Dr. Yap. Tahukah kamu sejak awal pendiriannya, rumah sakit tersebut memang dikhususkan untuk pengobatan dan peningkatan kesehatan mata.

Berdiri sejak 1923, rumah sakit ini telah menjadi saksi sejarah zaman penjajahan Belanda dan Jepang hingga saat ini. Berikut sejarah Rumah Sakit Mata Dr. Yap  yang harus kmau ketahui!

1. Didirikan oleh warga keturunan Tionghoa

Sejarah Dr. Yap Rumah Sakit Mata di Jogja Beroperasi Sejak Tahun 1922Dr. Yap Hong Tjoen (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Pembangunan Rumah Sakit Mata Dr. Yap, tak lepas dari kehadiran seorang warga keturunan Tionghoa, Dr. Yap Hong Tjoen. Mengutip dari laman Rumah Sakit Mata Dr. Yap diketahui Dr. Yap Hong Tjoen, adalah lulusan sebuah perguruan tinggi di Belanda yang memiliki keinginan untuk mengamalkan ilmu dan keahliannya pada rakyat Indonesia.

Mengutip laman Dinas Pariwisata Kota Jogja, Dr. Yap Hong Tjoen awalnya mendirikan Poliklinik Mata di Gondolayu yang saat ini bangunannya digunakan sebagai Kantor Pos Gondolayu. Dinilai kurang memadai, maka dibangunlah sebuah rumah sakit yang besar. 

Didirikan 12 November 1922, tapi baru diresmikan 29 Mei 1923 dengan nama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders, yang artinya Rumah Sakit Putri Juliana untuk Penderita Penyakit Mata. Namun saat Jepang datang dan berkuasa, namanya berganti menjadi Rumah Sakit Mata Dr. YAP untuk menghilangkan kesan hubungan dengan Belanda. Rumah sakit pun diacak-acak, bahkan Dr. Yap Hong Tjoen disekap dan diasingkan.

2. Diwariskan kepada anak hingga jadi milik masyarakat Jogja

Sejarah Dr. Yap Rumah Sakit Mata di Jogja Beroperasi Sejak Tahun 1922Sejarah Rumah Sakit Mata Dr. Yap (yap.or.id)

Dr. Yap Hong Tjoen tampaknya sudah mempersiapkan penerusnya sejak lama. Tahun 1948, Dr. Yap Kie Tiong yang tak lain adalah putra dari Dr. Yap Hong Tjoen kembali ke Indonesia setelah menamatkan pendidikannya di Belanda dengan meraih gelar Doktor di bidang penyakit mata.

Pada tanggal 17 Juni 1949 dihadapan notaris J. Hofstade di Semarang dengan Akte Notaris Nomor 53, Dr. Yap Hong Tjoen menyerahkan secara penuh kuasa kepada Dr. Yap Kie Tiong mengenai segala sesuatunya yang berkaitan dengan Centrale Vereeninging tot bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie (CVO), Vorstenlandsch Blinden Instituut, dan Rumah Sakit Mata Dr. YAP.

Dr. Yap Hong Tjoen meninggalkan Indonesia pada Juni 1949 sampai akhirnya meninggal dunia di Belanda. Sedangkan Dr. Yap Kie Tiong yang mengemban tugas dari sang ayah sampai akhir usia tanggal 9 Januari 1969, sempat menulis sepucuk surat wasiat yang isinya ditujukan kepada Kanjeng Gusti Paku Alam VIII, Bapak Soemitro Kolopaking, Mr. Soemarman, dan dua anggota lain yang tidak disebutkan namanya. Isinya suratnya adalah permintaan mengambil alih Rumah Sakit Mata Dr. YAP guna kepentingan masyarakat.

Baca Juga: Sejarah Tugu Ngejaman Malioboro, Penanda Kekuasaan Belanda

3. Kehadiran dokter spesialis di Rumah Sakit Mata Dr. YAP

Sejarah Dr. Yap Rumah Sakit Mata di Jogja Beroperasi Sejak Tahun 1922Sejarah Rumah Sakit Mata Dr. Yap (https://m.facebook.com/p/Museum-dr-Yap-Prawirohusodo)

Meninggalnya Dr. Yap Kie Tiong, membuat Rumah Sakit Mata Dr. YAP mengalami kekosongan kepemimpinan. Lantas Sri Paku Alam VIII berkoordinasi dengan Mr. Soemitro Kolopaking, Mr. Soemarman dan keluarga Dr. Yap Kie Tiong, yakni Ir. Yap Kie Han untuk mencari jalan tengah untuk keberlangsungan Rumah Sakit Mata Dr. YAP.

Dari hasil koordinasi tersebut diputuskan bahwa Ir Yap Kie Han akan nembantu secara finansial dan mencukupi kebutuhan pengelolaan rumah sakit, sedangkan Mr. Soemarman mengusahakan dokter ahli mata pengganti.

Pada bulan April 1969, Prof. Dr. Pranowo dan dr. Gunawan dari bagian Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada bergabung ke Rumah Sakit Dr. Yap tetapi tidsk bersedia menjadi pemimpin.

Baru pada tanggal 1 April 1971, dr. Basarodin K. yang merupakan dokter mata senior dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjabat sebagai pimpinan Rumah Sakit Mata Dr. YAP secara definitif melalui penetapan dari Pemerintah (Kep. Pres. RI No. 13032/B/Pers/720/PT/1974.

Tidak banyak perubahan bangunan dari Rumah Sakit Dr. Yap sejak awal didirikan sampai saat ini. Kamu masih bisa menemui tulisan 'DE EERSTE STEEN GELEDG DOOR Z.H. HAMENGKOE BOEWONO VIII OP DEN 21 STEN NOV: 1922' yang artinya Peletakan batu pertama oleh Sultan Hamengku Buwono VIII pada tanggal 21 November 1922' di dinding bawah teras sisi barat rumah sakit.

Saat ini bangunan Rumah Sakit Dr. Yap menjadi bagain dari Cagar Budaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.25/PW.007/MKP/2007.

 

Baca Juga: Sejarah Balai Yasa Pengok Yogyakarta, Bengkel Kereta Api Tertua

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya