TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Musim Penghujan Datang, Warga Gunungkidul Berburu Puthul

Puthul goreng gak kalah lezat dibandingkan belalang goreng

Ilustrasi puthul goreng (twitter.com/Upil_Jaran2)

Gunungkidul, IDN Times - ‎Gunungkidul tak hanya memiliki walang (belalang) goreng yang diolah sebagai kuliner ekstrem yang banyak diburu oleh masyarakat maupun wisatawan. Memasuki musim penghujan, banyak masyarakat Gunungkidul yang berburu puthul, serangga sejenis kumbang yang bisa dijadikan olahan kuliner yang tak kalah lezat dibanding walang goreng.

Puthul (Phyllophaga hellery) merupakan serangga sejenis kumbang yang muncul pada awal musim penghujan. Warga di luar Gunungkidul menyebutnya sebagai sonthe. Berburu puthul dilakukan saat petang menjelang malam hari. Biasanya puthul akan hinggap di dedaunan seperti daun pisang ataupun daun sengon untuk mencari makan.

"Puthul memang munculnya awal musim penghujan dan keluar untuk mencari makan berupa dedaunan saat petang menjelang malam," kata Yuwono, salah satu warga Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (19/10/2022).

Baca Juga: 6 Daya Tarik Pantai Grigak Gunungkidul, Tebingnya Eksotis

1. Puthul muncul saat petang menjelang malam hari di awal musim penghujan

Puthul, kuliner ekstrem Gunungkidul. (Dok. Istimewa)

Untuk mencari puthul, Yuwono mengaku hanya membawa botol bekas air mineral sebagai tempat untuk menyimpan puthul yang telah ditangkap. Puthul biasanya hinggap di dedaunan yang akan dimakannya. Untuk menangkap puthul, cukup digoyang-goyangkan pohonnya maka puthul akan jatuh atau beterbangan dan tinggal ditangkap dengan tangan.

"Kalau kondisi agak gelap kadang-kadang membawa senter," ujarnya.

Menurutnya setelah mendapat puthul sekitar satu botol bekas air mineral ukuran 750 mililiter, Yuwono mengaku tak lagi mencari puthul sebab hanya untuk dikonsumsi sendiri dan tidak dijual.

"Ya kalau masaknya ya tinggal dicuci dengan air bersih, terkadang sayap puthul dicabuti kemudian dimasukkan dalam bumbu campuran garam dan bawang putih serta air kemudian digoreng," ucapnya.

"Namun untuk warga yang niatnya untuk dijual biasanya diolah dengan rasa manis pedas atau yang lainnya," ungkapnya lagi.

2. Mencari puthul untuk diolah dijadikan cemilan

Puthul, kuliner ekstrem Gunungkidul. (Dok. Istimewa)

Sementara itu, salah satu warga Kalurahan Mulusan, Kapanewon Paliyan, Supadi, mengaku mencari puthul yang muncul di sekitar pekarangan rumah atau di hutan tak jauh dari rumahnya.

"Ya kalau cari puthul bareng-bareng, kebetulan beberapa hari terakhir ini puthul muncul banyak seiring datangnya musim penghujan," ucapnya.

Mencari puthul bersama dengan beberapa temannya lebih cepat mendapatkan tangkapan puthul yang kemudian puthul tersebut diolah kemudian untuk dimakan bersama-sama.

"Kalau untuk camilan diolah dengan rasa gurih, sedangkan untuk lauk puthul biasanya diolah dengan rasa manis pedas," ucapnya.

"Kalau biasanya saya dan temen-temen nyari puthul untuk dikonsumsi bersama-sama saja. Ndak dijual," tambahnya lagi.

Baca Juga: Petani Gunungkidul Kembangkan Pisang Cavendish, Tanam 10 Ribu Bibit 

Verified Writer

Hironymus Daruwaskita

Main sambil kerja

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya