Mengulik Sejarah Geplak, Oleh-oleh Khas Bantul yang Warna-warni
Camilan geplak miliki sejarah pangan yang panjangÂ
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gethuk, bakpia, dan yangko adalah sederet oleh-oleh khas Jogja yang bercita rasa manis. Ada juga geplak dari Kabupaten Bantul yang warnanya menggemaskan. Bentuknya bulat kecil, dimakan dalam sekali 'hap'.
Keberadaan geplak cukup mudah ditemukan di berbagai toko oleh-oleh di Jogja dan sekitarnya. Harganya murah, dan awet dibawa perjalanan jauh. Sebelum menyantap, kamu harus tahu sejarahnya.
1. Makanan legendaris sejak abad ke-19
Menurut laman Warisan Budaya Tak Benda, geplak sudah ada sejak abad ke-19. Nama geplak disebutkan dalam Serat Centhini jilid VI, yang berisi tentang pengembaraan Syech Amongraga yang merupakan salah satu dari tiga putra-putri Sunan Giri dalam perjalanan spiritualnya setelah mengalami kekalahan dari Pangeran Pekik, ipar Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.
Pada saat tiba di Desa Wanamarta, Majalengka Jawa Barat, rombongan Syech Amongraga bertemu dengan Ki Bayi Panurta yang merupakan pemimpin pesantren besar di sana. Lantas, Syech Amongraga menikah dengan putri Ki Bayi Panurta, yakni Niken Tambangraras.
Dalam rangkaian prosesi perkawinan, para santri menyiapkan berbagai hidangan untuk para tamu, dan salah satunya adalah geplak madu serat inthil. Geplak madu tersebut disajikan bersama dengan makanan lain seperti gemblong, wingko, wajik.
Bukti bahwa geplak adalah makanan legendaris adalah tercantum dalam dokumentasi Mustikarasa tahun 1967, tepatnya di bab enam yang menyebutkan bahwa semua Geplak berasal dari Jogja. Antara lain geplak duren, djahe, nangka, mrambus, panili, dan sirsak. Dalam naskah tersebut, tidak tercantum asal geplak dari daerah lainnya dan sahih sebagai resep masakan Jogja dalam dokumentasi resep Nusantara.
Baca Juga: Resep Kue Tolpit khas Bantul, Namanya Unik Rasanya Legit
Baca Juga: 5 Restoran Keluarga di Bantul Bernuansa Alam, Bikin Betah!