Tak Ada Pemasukan, Maskapai Tak Bisa Bayar Biaya Perawatan Pesawat

Perusahan jasa perawatan punya piutang hingga miliaran

Bantul, IDN Times - ‎Tak hanya maskapai penerbangan yang terkena imbas pandemikCOVID-19. Bisnis pendukungnya juga mengalami dampak serupa.

Contohnya adalah jasa perawatan pesawat terbang. Piutang jasa perawatan dan perbaikan yang sampai saat ini belum dibayarkan membuat mereka juga tak menerima pemasukan.

Baca Juga: Utang Garuda Indonesia Mencapai Rp32,04 Triliun Per 1 Juli

1. Maskapai kesulitan likuiditas akibat tak ada pemasukan uang sama sekali‎

Tak Ada Pemasukan, Maskapai Tak Bisa Bayar Biaya Perawatan PesawatDirektur Utama (Dirut) PT. Merpati Maintenance Facility, Rowin H. Mangkoesoebroto (tengah). IDN Times/Daruwaskita

Direktur Utama (Dirut) PT Merpati Maintenance Facility (MMF), Rowin H Mangkoesoebroto mengatakan krisis keuangan yang dialami oleh maskapai penerbangan mengakibatkan utang menumpuk. Sebab, maskapai tak mendapatkan pemasukan akibat berhentinya operasional penerbangan. Padahal, biaya operasional yang dipikul tetap jalan.

"Pandemi COVID-19 ini memang dampaknya sangat berat bagi perusahaan maskapai penerbangan karena harus menanggung biaya operasional mulai dari sewa pesawat, membayar gaji karyawan hingga membayar perusahaan yang memberikan jasa perawatan pesawat," katanya ‎di Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STTKD) Yogyakarta, Sabtu (17/7/2020).

2. MMF akui punya piutang di sejumlah maskapai hingga Rp10 miliar

Tak Ada Pemasukan, Maskapai Tak Bisa Bayar Biaya Perawatan Pesawatwww.britannica.com

Menurut Rowin, MMF sebagai penyedia jasa perawatan pesawat, baik pesawat komersial maupun pesawat militer, juga mengalami gagal tagih piutang.

"Selama COVID-19 ini terjadi, jasa piutang perbaikan pesawat dari maskapai penerbangan juga belum dibayarkan hingga mencapai Rp 10 miliar," ungkapnya.

Bagi MMF yang bukan perusahaan menengah dan tidak besar seperti Garuda Maintenance Facility, tunggakan pembayaran piutang Rp10 miliar sangat dirasakan karena MMF sendiri mengeluarkan biaya operasional mencapai Rp1 hingga Rp1,5 miliar setiap bulannya.

"Kalau tagihan Rp10 miliar tentunya akan mengganggu operasional MMF selama beberapa bulan ke depan," ujarnya.

3. Ibarat mobil, pesawat yang parkir lama juga harus dipanasi mesinnya‎

Tak Ada Pemasukan, Maskapai Tak Bisa Bayar Biaya Perawatan PesawatIlustrasi pesawat parkir di hanggar. IDN Times/Helmi Shemi

Rowin menjelaskan, pesawat yang diparkir berbulan-bulan juga perlu perawatan. Mesin pesawat harus dipanaskan untuk memastikan mesin pesawat masih baik, layaknya mobil yang perlu dipanaskan saat lama diparkir.

"Tak hanya menghidupkan mesin saja namun teknisi dari maskapai juga harus memastikan landing gear juga harus dioperasikan dengan cara mendongkrak badan pesawat agar landing gear bisa bergerak," terangnya.‎

Menurut dia, krisis dalam dunia penerbangan sudah beberapa kali terjadi. Oleh karena itu, pandemik COVID-19 menjadi waktu yang tepat bagi maskapai untuk beradaptasi.

"(COVID-19) menjadi waktu bagi maskapai untuk mengubah strategi agar bisa bertahan dan bangkit kembali," terangnya.

4. Mahasiswa kedirgantaraan harus punya fleksibilitas untuk bekerja di bidang lain

Tak Ada Pemasukan, Maskapai Tak Bisa Bayar Biaya Perawatan PesawatSalah satu taruni STTKD Yogyakarta. IDN Times/Daruwaskita

Rowin menambahkan, dunia pendidikan kedirgantaraan juga harus membuat strategi agar tetap bertahan dalam kondisi krisis seperti saat pandemik COVID-19. Lembaga pendidikan bisa memberikan pembekalan kepada mahasiswa-mahasiswinya agar tetap bisa masuk ke bidang non kedirgantaraan.

"Nah di STTKD ini telah membekali semua taruna-taruninya dengan keramahan dalam memberikan jasa sehingga ketika nantinya lulus pun masih bisa bekerja di bidang lain," terangnya.‎

Baca Juga: Wisatawan Keluarga Jadi Terget Baru Pelaku Wisata Sleman    

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya