Konsumsi Bright Gas di DIY Terbanyak Se-Indonesia
Pelaku usaha kuliner didorong tinggalkan gas melon
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Penyerapan Bright Gas di Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengalami peningkatan, seiring dengan semakin sadarnya kalangan pengusaha kuliner terhadap bahan bakar LPG non subsidi.
"Jika dibandingkan daerah lain, memang penyerapan Bright Gas di Yogyakarta jauh lebih tinggi, bahkan se-Indonesia," ujar Branch Marketing Manager Pertamina DI Yogyakarta dan Surakarta, Teuku Johan Miftah, Rabu (19/6).
Upaya untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha kuliner untuk menggunakan Bright Gas sebagai sumber bahan bakar untuk usaha kuliner terus dilakukan. Baik oleh Pertamina, maupun kalangan pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY.
Baca Juga: Pertamina Minta Pengusaha Kuliner Tidak Gunakan LPG Melon
1. Sebagai kota wisata, potensi penyerapan LPG nonsubsidi cukup tinggi
Usaha kuliner di Yogyakarta tumbuh dengan pesat. Hal itu sejalan dengan tumbuhnya kota pelajar ini sebagai kota pariwisata. Bahkan, setiap musim liburan panjang, Yogyakarta selalu menjadi destinasi utama yang selalu dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
"Yogya seperti kita tahu adalah kota wisata, destinasi favorit yang banyak dikunjungi wisatawan. Jadi tidak heran juga kalau usaha kuliner di kota ini sangat banyak," ujar Johan.
Melihat peluang dari sektor pariwisata, terutama dalam usaha kuliner, potensi penyerapan gas LPG nonsubsidi yakni Bright Gas, akan terus meningkat. Kendati demikian, tak dipungkiri masih cukup banyak pelaku usaha kuliner yang masih memanfaatkan bahan bakar bersubsidi untuk menunjang usahanya.
Baca Juga: Pertamina Perkenalkan Inovasi Perangkat Lunak PertafloSIM ke Mahasiswa