Kenapa Traveling Sebaiknya Tidak Pakai Duit Utang? Simak 5 Alasannya

- Traveling dengan utang bisa merugikan di masa depan karena manfaatnya sementara, namun beban cicilan bisa bertahan bertahun-tahun.
- Meminjam uang untuk liburan mengorbankan anggaran masa depan dan bisa membuat keuangan tidak stabil dalam situasi darurat.
- Utang liburan bisa membawa risiko gaya hidup konsumtif yang sulit dikendalikan dan menyebabkan efek domino utang yang lebih besar.
Traveling memang menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan dan bisa menyegarkan pikiran setelah rutinitas yang padat. Banyak orang menjadikan liburan sebagai bentuk self-reward atau pelepas stres dari tekanan pekerjaan dan kehidupan. Namun, di balik semua kesenangan itu, penting untuk berpikir secara realistis tentang sumber dana yang digunakan untuk traveling. Menggunakan uang dari utang demi liburan bisa menjadi keputusan yang justru merugikan di masa depan.
Meskipun terlihat sepele, menggunakan pinjaman untuk keperluan liburan adalah bentuk konsumsi yang tidak produktif. Ketika liburan selesai, kamu tidak mendapatkan aset atau nilai jangka panjang—hanya kenangan yang bisa dengan cepat berganti dengan tagihan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan berbagai alasan mengapa traveling sebaiknya tidak dibiayai dari utang.
1. Liburan itu bersifat sementara

Salah satu alasan utama menghindari traveling dengan utang adalah karena manfaat dari liburan bersifat sementara, sementara beban cicilan bisa bertahan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kamu mungkin hanya traveling selama seminggu, tapi tagihan dari kartu kredit atau pinjaman online bisa menghantuimu jauh setelah itu. Hal ini bisa membuat pengalaman menyenangkan berubah menjadi penyesalan berkepanjangan.
Banyak orang terlena karena merasa “worth it” berutang demi pengalaman liburan, tetapi kenyataannya tidak semua perjalanan sebanding dengan risiko finansial. Apalagi jika kamu harus membayar bunga tinggi, total biaya liburan bisa jauh lebih mahal dari yang seharusnya.
2. Mengorbankan kebutuhan yang lebih mendesak

Ketika kamu memutuskan untuk traveling dengan uang pinjaman, sebenarnya kamu sedang mengorbankan anggaran masa depan yang bisa digunakan untuk kebutuhan penting lainnya. Dana yang seharusnya dialokasikan untuk kesehatan, pendidikan, atau tabungan darurat malah dipakai untuk membayar cicilan liburan yang sudah lewat. Ini bisa menjadi keputusan yang kurang bijak dalam pengelolaan keuangan pribadi.
Dalam situasi darurat seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau kebutuhan keluarga mendadak, kamu mungkin tidak memiliki cadangan dana karena sebagian besar pemasukan sudah terserap untuk membayar utang liburan.
3. Menumbuhkan gaya hidup konsumtif yang tidak sehat

Meminjam uang demi liburan bisa menjadi pintu masuk menuju gaya hidup konsumtif yang sulit dikendalikan. Saat seseorang mulai terbiasa berutang untuk kebutuhan non-prioritas seperti traveling, maka akan lebih mudah baginya untuk mengulang perilaku tersebut. Hal ini bisa menimbulkan kebiasaan keuangan yang buruk, seperti hidup di luar kemampuan dan bergantung pada pinjaman untuk memenuhi keinginan sesaat.
Gaya hidup seperti ini bukan hanya merugikan dari sisi keuangan, tapi juga bisa berdampak psikologis. Kamu akan cenderung merasa tidak puas jika tidak bisa liburan sesuai standar yang diinginkan, padahal kondisi keuangan tidak memungkinkan. Hidup berdasarkan gengsi dan media sosial bisa menjerumuskan ke dalam siklus utang tanpa henti.
4. Menjadi beban finansial mendatang

Berbeda dengan investasi dalam pendidikan atau aset, liburan tidak memberikan hasil nyata yang bisa diukur dalam bentuk finansial. Setelah liburan selesai, kamu tidak mendapatkan tambahan penghasilan atau peningkatan nilai aset, tetapi justru memiliki beban finansial berupa utang yang harus dibayar. Ini membuat traveling dengan uang pinjaman masuk kategori utang konsumtif yang kurang bijak.
Dalam ilmu keuangan, pengeluaran seharusnya dibagi ke dalam dua kategori: kebutuhan dan keinginan. Traveling termasuk ke dalam keinginan, dan akan jauh lebih bijak jika keinginan tersebut dipenuhi saat kondisi keuangan benar-benar stabil. Jika kamu harus mengandalkan utang untuk melakukannya, maka sebaiknya ditunda hingga ada dana yang benar-benar siap, agar kamu bisa menikmati liburan dengan tenang tanpa tekanan finansial setelahnya.
5. Akan membuatmu terbebani karena utang yang menumpuk

Meminjam uang untuk traveling juga memiliki risiko yang besar jika kamu tidak disiplin dalam membayar cicilannya. Terlambat membayar tagihan bisa membuat bunga menumpuk dan skor kredit menurun, yang berujung pada kesulitan finansial di kemudian hari. Apalagi jika kamu menggunakan layanan pinjaman dengan bunga tinggi atau denda keterlambatan yang mencekik.
Banyak orang yang tidak sadar bahwa utang liburan bisa menjadi awal dari lingkaran utang yang lebih besar. Saat penghasilan tetap tapi utang bertambah, maka kemampuan finansial menjadi terbatas, dan kamu bisa terdorong untuk kembali berutang demi menutup kebutuhan lainnya. Ini bisa menciptakan efek domino yang sulit dihentikan.
Traveling memang menyenangkan dan bisa menjadi pengalaman yang memperkaya hidup, tetapi harus dilakukan dengan perencanaan keuangan yang matang. Menggunakan utang sebagai sumber dana liburan adalah keputusan yang memiliki lebih banyak risiko dibanding manfaatnya.