Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Solo Traveling ke China Itu Wajib Dicoba? Ini 5 Alasannya!

ilustrasi traveler di China (unsplash.com/Anh Vy)
Intinya sih...
  • Budaya China yang kompleks dan menarik, dari sejarah hingga kehidupan sehari-hari, memberikan pengalaman mendalam bagi solo traveler.
  • Sistem transportasi publik yang efisien memudahkan solo traveler untuk menjelajahi berbagai kota tanpa bergantung pada orang lain.
  • Rasa aman yang tinggi bagi traveler perorangan di China, didukung oleh tingkat kriminalitas jalanan yang rendah dan keramahan warga lokal.

Solo traveling ke China mungkin terdengar menantang, terutama kalau belum terbiasa jalan sendiri ke luar negeri. Tapi justru karena tantangannya itu, pengalaman menjelajah Negeri Tirai Bambu seorang diri bisa terasa jauh lebih memuaskan. Dari hiruk-pikuk kota megapolitan sampai ketenangan desa kuno yang tertutup kabut pagi, setiap sudut China menyimpan kejutan yang sulit dilupakan. Petualangan ini bukan hanya soal tempat yang dikunjungi, tapi juga proses menemukan diri sendiri lewat budaya yang kontras dan ritme hidup yang berbeda.

Selain itu, China adalah negara dengan warisan sejarah dan budaya yang begitu luas. Jalan-jalan sendiri memberi kesempatan lebih leluasa untuk menyelami tiap detail, tanpa harus menyesuaikan agenda dengan orang lain. Satu hari bisa saja dihabiskan di kuil kuno, lalu besoknya mendaki tembok raksasa tanpa ada yang terburu-buru. Semuanya dilakukan dengan kecepatan sendiri. Kalau sedang ingin berhenti lama sekadar menikmati teh panas di gang kecil Xi’an, gak ada yang melarang. Itulah kebebasan yang membuat solo traveling ke China layak dicoba.

1. Budaya yang kompleks, menantang rasa ingin tahu

potret Forbidden City (commons.wikimedia.org/xiquinhosilva)

China punya sejarah lebih dari 3.000 tahun yang masih terasa napasnya sampai sekarang. Jalan-jalan ke kota seperti Beijing atau Xi’an akan mengantar pada jejak peradaban masa lampau, dari tembok raksasa yang melintang sejauh mata memandang sampai istana megah seperti Forbidden City yang menyimpan kisah kekuasaan, pengkhianatan, dan tradisi. Saat solo traveling, waktu terasa lebih panjang untuk menyerap setiap detail sejarah itu.

Kebudayaan China bukan cuma soal tempat, tapi juga hidup dalam keseharian masyarakatnya. Tontonan opera tradisional di Sichuan, semangkuk mi buatan tangan di gang sempit, sampai cara orang lokal melakukan ritual pagi di taman publik, semua itu membuka mata dan pikiran. Ada rasa penasaran yang terus terpancing karena tiap pengalaman seperti punya lapisan makna. Solo traveling membuat penghayatan jadi lebih dalam dan gak sekadar numpang lewat.

2. Sistem transportasi publik sangat mendukung solo traveler

ilustrasi kereta cepat di China (unsplash.com/Rudy Dong)

China dikenal dengan efisiensi transportasi umum yang luar biasa. Mulai dari kereta cepat yang melesat hingga 350 km/jam sampai jaringan metro bawah tanah yang rapi dan luas, semua bisa diakses dengan mudah. Ini membuat mobilitas antar kota maupun antar distrik dalam kota terasa nyaman, cepat, dan aman. Bahkan tanpa bisa bahasa Mandarin, dengan sedikit usaha membaca peta dan tanda visual, semuanya tetap terasa logis dan terstruktur.

Buat solo traveler, ini adalah keuntungan besar karena gak perlu bergantung pada orang lain atau transportasi mahal. Tiket bisa dipesan online atau di mesin otomatis, dan kebanyakan kota besar sudah ramah wisatawan asing. Jadi, menjelajah China dari Shanghai ke Guilin sampai Chengdu bisa dilakukan seorang diri dengan percaya diri. Sistem yang teratur membuat pengalaman solo traveling terasa efisien tanpa mengurangi rasa petualangan.

3. Rasa aman yang tinggi untuk traveler perorangan

ilustrasi petugas keamanan di China (unsplash.com/Roberto Martins)

China termasuk negara dengan tingkat kriminalitas jalanan yang cukup rendah, terutama di kawasan turis. Petugas keamanan sering terlihat di area umum, dan kamera pengawas tersebar hampir di setiap sudut kota. Ini menciptakan rasa aman saat berjalan sendirian, bahkan di malam hari. Meski tetap harus waspada seperti di mana pun, risiko kejadian tak menyenangkan relatif kecil dibandingkan banyak negara lain.

Apalagi masyarakat China cenderung gak suka ikut campur atau mengganggu turis yang sedang sendiri. Interaksi seperlunya dan sopan, membuat solo traveler merasa tenang dan dihargai. Hal ini penting untuk bisa benar-benar menikmati perjalanan tanpa merasa tertekan. Di tempat-tempat yang lebih tradisional, keramahan warga lokal justru terasa hangat meski gak semua dari mereka bisa berbahasa Inggris.

4. Surga kuliner yang menggoda selera petualang

ilustrasi masakan laut di Guangzhou (unsplash.com/tommao wang)

China adalah salah satu tempat terbaik di dunia untuk menjelajahi kuliner ekstrem maupun tradisional. Masing-masing daerah punya ciri khas yang unik, dari kepedasan menggigit di Chongqing, rasa fermentasi kuat di Hunan, sampai kesegaran masakan laut di Guangzhou. Bagi solo traveler, ini adalah kesempatan untuk menjajal semua jenis makanan tanpa kompromi. Bisa mencoba apa pun yang terlihat menarik, tanpa harus berdiskusi soal selera dengan siapa pun.

Makan sendiri juga jadi pengalaman personal yang unik. Duduk di pojok restoran kecil, mencicipi dumpling buatan tangan sambil memperhatikan interaksi warga lokal bisa menjadi pengalaman mendalam. Di banyak kota, street food bertebaran dan harganya sangat terjangkau. Eksplorasi rasa ini bisa menjadi bagian paling seru dari perjalanan, terutama untuk yang suka kejutan dalam bentuk makanan.

5. Banyak hostel ramah solo traveler dan komunitas global

potret hostel di Beijing (commons.wikimedia.org/The Erica Chang)

China, terutama kota-kota seperti Shanghai, Beijing, Chengdu, dan Guilin, punya banyak hostel yang secara khusus dirancang untuk traveler sendirian. Desain ruangan komunal, dapur bersama, serta ruang santai menciptakan ruang interaksi yang alami dan gak memaksa. Dari sini, banyak solo traveler akhirnya bisa saling tukar cerita, bahkan menjalin persahabatan jangka panjang. Ini membuat perjalanan terasa gak sepi meskipun dilakukan sendiri.

Selain itu, banyak komunitas dan forum online di China yang membantu solo traveler merancang rute, mencari teman seperjalanan, atau bahkan bergabung dalam tur lokal. Ini sangat membantu untuk yang ingin tetap punya interaksi sosial saat menjelajah, tanpa harus melekat terus dengan satu grup. Ruang-ruang sosial ini memberikan keseimbangan antara eksplorasi pribadi dan kesempatan untuk berbagi cerita.

China bukan sekadar tujuan wisata, tapi juga medan pembelajaran dan eksplorasi yang luas bagi siapa pun yang berani berjalan sendiri. Dari budaya, rasa aman, sampai sistem transportasinya, semua mendukung pengalaman solo traveling yang kuat dan menyentuh. Gak heran kalau banyak traveler yang sudah pernah mencobanya ingin kembali lagi. Solo traveling ke China bukan sekadar layak, tapi justru sangat berharga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us